Perasaan bahagia mewarnai para pemuda Gereja dalam acara Catholic Youth Gathering 2019. Acara ini rutin diadakan dua tahun sekali di komunitas Postulat-Novisiat SCJ St. Yohanes Gisting. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 13 sampai 15 Desember 2019 ini dihadiri sekitar 80 pemuda dari berbagai sekolah dan daerah.
Para peserta rata-rata masih duduk di bangku SMP dan SMA, tetapi ada juga yang sudah lulus SMA atau malah sudah bekerja. Peserta dari sekolah-sekolah katolik, asrama, dan paroki di Keuskupan Lampung mendominasi jumlahnya. Namun dari Keuskupan Palembang juga tidak mau kalah, beberapa paroki di Belitang dan dari seminari menengah St. Paulus Palembang juga ada, bahkan ada juga dari Jakarta dan Kokonao Papua yang masing-masing mengirim satu peserta. Mereka berkumpul dengan mengurbankan waktu liburan mereka untuk berdinamika bersama para romo, frater, dan bruder SCJ yang juga sebagai panitia acara ini.
Acara yang diselenggarakan di komunitas Postulat-Novisiat Gisting tersebut mengusung tema Joyful Life In Vocation. Para frater dan bruder ingin membagikan pengalaman hidup panggilan mereka. Bagaimana mereka dalam menjalani panggilan Tuhan itu dengan penuh sukacita. Hidup yang penuh sukacita suatu kesaksian dan diharapkan menjadi sarana promosi panggilan yang ampuh bagi kaum muda khususnya yang mengikuti acara ini.
Misa pembukaan dipimpin oleh Rm. Yohanes Ngatijan SCJ. Romo yang berasal dari Jojog Metro ini mengajak para pemuda untuk bersukacita dan bergembira. Romo yang juga Magister Novis ini menegaskan bahwa semua orang dipanggil untuk menjadi palayan sabdaNya dan mengajak para pemuda untuk tidak ragu menjawab panggilan Tuhan itu.
Para frater dan bruder mengemas acara tersebut dengan asyik dan menarik sehingga membuat mereka bersukacita dan bergembira. Dan hal yang terpenting diharapkan para peserta dapat semakin menumbuhkan atau bahkan memantapkan panggilan mereka.
Pada malam pertama, para pemuda itu diajak untuk merenungkan hidup mereka dalam lingkaran hidup Kristiani dimulai dari kelahiran, pembaptisan, penguatan, dan pertobatan melalui sesi Via Lucis yang artinya Jalan Cahaya. Dengan berbagai simbol yang mereka terima sebagai bentuk nyata dari masing-masing permenungan guna semakin menyentuh hati yang terdalam.
Dimulai dari menerima lilin yang bernyala, kemudian menerima pembaptisan, penerimaan roti dan anggur (dalam hal ini disimbolkan biskuit dan teh), penerimaan tanda salib di dahi dengan tepung putih, dan yang terakhir adalah penerimaan syal putih tanda kesucian dan kelahiran baru untuk siap bersukacita dalam hidup, terutama hidup panggilan. Kegiatan malam pertama ditutup dengan Jam Kudus untuk semakin memantapkan permenungan mereka.
Keesokan harinya mereka diajak untuk semakin mengenali apa itu panggilan khusus dan terlebih semakin mengenal kongregasi SCJ itu seperti apa. Mengenai hal ini Rm. Pulus Dito, SCJ yang memaparkannya pada mereka. Kemudian disambung dengan pemaparan tentang siapa itu kaum muda dan perannya di tengah Gereja serta masyarakat dan apa yang dapat dilakukan mereka untuk gereja dan masyarakat oleh Br. Markus Triyono, SCJ. Materi berhasil dikemas sepadat mungkin dan semenarik mungkin sehingga para peserta merasa terkobarkan semangat mereka.
Usai pemaparan materi mereka diajak untuk bersukacita dalam kekeluargaan antar peserta dan dengan para romo serta frater dan bruder dalam tumpengan sebagai makan siang. Makan tumpeng bersama di dalam wadah yang sama berhasil membawa kekeluargaan dan sukacita yang begitu mengesan. Hal ini memberikan semangat yang besar untuk berdinamika dalam outbount yang telah disiapkan panitia.
Lima buah jenis permainan dimainkan oleh sepuluh kelompok dengan semangat dan penuh sukacita. Mereka belajar banyak mengenai nilai-nilai hidup yang harus mereka pegang sebagai kaum muda di tengah Gereja dan masyarakat. Mereka diajak untuk bekerja sama, peka terhadap sesama, saling mempercayai, saling melengkapi dan masih banyak lagi nilai keutamaan yang dapat mereka petik dari outbount ini. semua yang mereka dapatkan hari itu mereka endapkan dan mereka bagikan dalam sesi sharing kelompok. Meskipun begitu, acara masih belum selesai.
Ada malam terakhir diadakan acara CYG Got Talent. Acara ini diadakan sebagai wadah untuk mengungkapkan segala perasaaan dan permenungan mereka selama kurang lebih dua hari satu malam. Mereka menampilkan pentas seni yang telah mereka siapkan di waktu-waktu luang. Dalam pentas seni tersebut, ada yang menampilkan musikalisasi puisi, drama singkat, dan ada pula yang menampilkan dance kocak. Sekali lagi, itu semua sebagai ungkapan sukacita mereka selama CYG berlangsung. Para panitia juga mengungkapkan sukacitanya dengan dance kekinian dan bersama dengan para peserta joget bareng.t
Malam itu ditutup dengan menonton film bermakna yang berjudul The Monument Men. Film tentang perjuangan menyelamatkan karya seni dari kekacauan perang dunia kedua. Hal ini bisa dimaknai bahwa acara CYG juga sebagai perjuangan untuk menyelamatkan panggilan kaum muda dari ‘kekacauan’ dunia masa kini. Karena tenaga telah terkuras habis, berakhirnya film menjadi akhir pula dari rangkaian acara hari itu. Mereka harus segera tidur untuk memulihkan tanaga untuk melanjutkan acara di hari esok.
Hari terakhir benar-benar sebagai kesimpulan agar peserta memadatkan apa yang telah ditimba selama acara CYG berlangsung dalam bentuk pohon resolusi dan surat kepada orang tua. Sharing secara umum yang diwakilkan beberapa peserta semakin menyebarkan energi sukacita di antara mereka, bahkan ada yang menyarankan untuk diadakan setiap tahun. Sukacita tidaklah berakhir meski misa penutupan acara CYG usai.
Mereka semua siap diutus untuk menyebarkan sukacita yang mereka dapatkan. Khususnya sukacita dalam menanggapi panggilan Allah yang begitu menggetarkan dada mereka. Semoga acara CYG ini semakin menguatkan panggilan mereka yang telah membasahi jiwa mereka. Secara khusus, para romo, frater, dan bruder SCJ di gisting ini, acara CYG ini merupakan sukacita dan bonus dalam menanggapi panggilan Tuhan dan semoga semakin menjadi berkat dalam hidup ini. Amin
By Fio (postulan SCJ)
Leave a Reply