(Novena Hari Keempat – Kamis, 21 April 2022)
Yesus Gembala yang baik, Engkau telah bersabda: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit”. Kami dengan penuh kasih menyambut undanganMu, “Mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
BersamaMu kami mohon kepada Bapa: Anugerahkanlah kepada kami para pekerja kebun anggurMu, berikanlah para imamMu untuk menggarami dan menerangi dunia, dan membawa karya keselamatanMu bagi umat manusia.
Teristimewa kami serahkan para diakon yang akan menerima tahbisan suci dalam Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus, yaitu:
1. Frd. Methodius Darmuat Abdi Buana, SCJ
2. Frd. Agustinus Tri Winarno, SCJ
3. Frd. Yosafat Hengki Sanjaya, SCJ
4. Frd. Finsentius Ari Setiono, SCJ
5. Frd. Jonathan Christian Munthe, SCJ
6. Frd. Albertus Bayu Christanto, SCJ
7. Frd. Fransiskus Suseno, SCJ
8. Frd. Martinus Joko Windiatmoko, SCJ
Semoga hati mereka yang telah dipersembahkan kepada Hati Yesus yang Mahakudus Engkau sucikan demi pelayanan agung di altar dan pendamaian umat manusia.
Turunkanlah berkatMu untuk keluarga para diakon. Bimbinglah semua pihak yang tengah menyiapkan perayaan ini. Lancarkanlah perayaan tahbisan mendatang. Semoga bunda Maria, ibu dan pelindung panggilan, berdoa bersama kami, bagi kami dan untuk semua orang muda yang dipanggil menjadi imam-imamMu.
Bapa kami…, Salam Maria 3x…, Kemuliaan …, Terpujilah …
PROFIL DIAKON Yosafat Hengki Sanjaya SCJ
Namaku Yosafat Hengki Sanjaya SCJ. Biasa di panggil dengan nama Hengki. Lahir di negara antah berantah sana tepatnya di Nyukang Harjo, besar di desa kecil Negeri Mertani tidak jauh dari tempat kelahiran. Jika di lihat di peta letak tempat asalku rasanya susah dicari dan ditemukan. Hanya saja justru di situlah aku, si anak kecil yang sukanya pergi ke ladang membantu bapak ini terpanggil menjadi seorang Imam.
Awalnya aku terpanggil menjadi seorang Imam ketika masih berada di kelas 6 SD. Waktu itu aku melihat sosok seorang Imam yang dekat dengan umatnya. Karena itulah si anak kecil ini tertarik menjadi seorang Imam. Hanya saja di dalam perjalanan, panggilan mulai kendor. Muncul lagi ketika sudah berada di kelas 3 SMP. Itupun karena aku penasaran ingin melihat jembatan Ampera. Sesederhana itulah aku menanggapi panggilan Tuhan.
Menariknya, kedua orangtuaku seketika mendengar aku tertarik mengikut panggilan Tuhan tidak langsung mengiyakan. Justru mereka berharap agar aku ini sekolah di tempat asal, tidak jauh dari rumah. Mereka kawatir karena aku masih sangat kecil. Namun demikian, aku si anak kecil ini tetap nekad berangkat ke seminari Palembang.
Singkat kata, diterimalah aku ini menjadi seorang seminaris. Kemudian di dalam perjalanan menanggapi panggilan Tuhan, lambat laun orangtua mendukung serta panggilan ini.
Dari cerita singkat ini, aku merasa dikuatkan oleh karena dukungan orangtua, termasuk di dalamnya adalah angkatan dan teman-teman kenalan. Selain itu tentu saja karena berkat dan kasih karunia dari Tuhan sendiri sehinga aku bisa sampai tahap ini, menjadi seorang Imam.
Motoku ada di dalam Filipi 4: 13 yang berbunyi, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIa yang memberi kekuatan kepadaku”. Dengan moto ini aku merasa terbantu di dalam menghayati hidup panggilanku. Dengan moto ini aku pun merasa terberkati. Dan aku mendapat tugas perutusan masa diakonatku di Paroki. St. Theresia Jambi. Sekian dariku, Tuhan Memberkati.
Leave a Reply