Panggilan adalah Misteri – Sharing panggilan Sr. Debora SSpS
Bagi saya, panggilan sebagai seorang biarawati/biarawan adalah misteri, karena tidak pernah saya pikirkan dan saya dambakan. Saya adalah Sr. Debora SSpS, hadir di dunia ini dari keluarga sederhana. Bapak saya seorang angkatan laut dan sering berada diluar rumah, dan ibu yang selalu setia mendampingi anak-anaknya di rumah. Dengan rahmat Allah kedua adik saya juga mengikuti jalan yang sama sebagai seorang religius yaitu sebagai Frater Bunda Hati Kudus (BHK) dan sebagai Romo SCJ.
Kami semua dibesarkan di Sepanjang, Sidoarjo dan aktif di Gereja Paroki St Yusup Karang pilang Surabaya. Sedari kecil tidak ada pikiran di benak ini untuk menjadi sosok suster, hanya ketika ikut sekolah minggu bertemu sosok suster ADSK atau Abdi Kristus.
Saya menjadi anggota Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) juga merupakan suatu kebetulan karena mengikuti rekoleksi di Paroki Kristus Raja dan kemudian ikut rekoleksi bulanan bersama Sr Maria Justina, SSpS. Dan dari situlah saya merasa terpanggil menjadi suster. Saya merasakan perasaan bahagia dan penuh syukur untuk panggilan menjadi suster misi. Saya mengalami pengalaman akan Allah di tanah misi saya di Philipina Selatan selama lebih dari 10 tahun.
Hidup bersama dengan kaum marginal dan terbelakang yang dengan kesederhanaan, mereka mengajarkan banyak hal tentang hidup; yaitu tentang kesederhanaan, penerimaan, dan hidup berbagi. Tak terbilang banyaknya berkat dan rahmat boleh saya dapat melalui perjumpaan dan tantangan selama di misi Philipina ini. Semuanya mengundang saya untuk selalu mengarah pada Dia yang memilih saya dan mengutus saya. Saya yakin dan percaya bahwa dimanapun saya berada Tuhan selalu ada untuk membantu, menyertai, dan memberikan rahmat-rahmat yang saya butuhkan dalam penziarahan ini.
Perasaan syukur bahwa kedua adik saya juga menjadi hamba Tuhan, namun terkadang tersirat juga rasa kawatir dengan kedua orang tua saya. Siapakah yang merawat dan mendampingi mereka. Ada banyak peristiwa yang terjadi di dalam keluarga yang saya atau salah satu dari kami tidak dapat hadir lengkap. Saya secara pribadi mencoba memahami hal ini sebagai salah satu resiko apa yang saya putuskan untuk mengikuti Tuhan lebih dekat. Dan hanya dukungan doa yang dapat saya kirimkan kepada orang tua dan saudara-saudara / adik-adik saya ketika saya tidak bisa hadir secara fisik.
Situasi pandemi ini cukup panjang, berdampak juga dalam rencana saya setelah mengikuti penyegaran rohani di Rome. Saya tidak bisa kembali ke Philipina dan akhirnya saya memutuskan untuk mendengarkan kata hati dan mengambil keputusan untuk tinggal dan berkarya berkarya di Jawa selama 3 tahun kedepan. Pandemi membawa berkah tersendiri bagi keluarga dan saya secara pribadi. Saya dapat mengabdikan diri di Provinsi Jawa dan bisa berkumpul dengan keluarga dan adik saya, Rm. Joko SCJ yang saat ini mendapat tugas bermisi di Colombia.
Leave a Reply