“Corona…. segeralah berlalu”

Cerita Misi Vietnam oleh Rm, Aloysius Tri Mardani SCJ

Rm Dani SCJ sebagai formator berada di tengah-tengah keluarga Vietnam

Seperti di daerah-daerah lain, di Vietnam, saya mesti banyak beraktifitas di dalam rumah, karena pandemi corona. Di sela-sela beraktifitas di rumah, saat waktu luang, saya melihat-lihat foto tentang perayaan Tahun Baru Vietnam. Tentunya, perayaan itu sangat mengesan, karena saya baru beberapa bulan tinggal di Negri Bintang Emas ini.

Perayaan tahun baru Vietnam ini sama dengan tahun baru Cina. Di Indonesia disebut Imlek, di Vietnam, disebut Tet. Tet ini adalah hari libur paling istimewa di Vietnam. Sebab, ini menjadi libur nasional. Sekolah-sekolah di Vietnam diliburkan sejak pertengahan Januari 2020. Dan setelah Tet, karena pandemi corona, Vietnam tetap meliburkan Sekolah. Dan menurut saya, karena pemerintah meliburkan sekolah itulah, menjadi salat satu sebab pandemi corona di Vietnam tidak meluas tidak memakan banyak korban, seperti di negara-negara lain. 

Kue Banh Tet.. yang dibuat oleh para frater Vietnam

Di Novisiat SCJ Vietnam, seminggu sebelum Tet, para frater SCJ membuat kue tradisional yang disebut “Banh Tet”. Kue ini seperti lemper di Indonesia, namun, banh tet ini isinya kacang merah dan daging, dan mesti dimasak/direbus sampai 12 jam. Banh Tet ini bisa bertahan sampai 10 hari, setelah dimasak, tanpa perlu dimasukkan ke kulkas (lemari es). Saat memasak banh tet ini, para frater membuat tungku api di halaman.

Mereka mulai memasak jam 12 siang. Dan, saat malam tiba, sambil menunggu pukul 24.00, para frater bermainan, sambil duduk-duduk di tikar yang digelar di lapangan terbuka.   Ternyata banh tet yang dibuat itu, tidak semuanya dimakan sendiri, namun sebagian besar justru diberikan kepada para beberapa donatur (umat). Beberapa hari sebelum tet, ada frater atau romo yang berkunjung ke rumah donatur.

Rm. Halim menerima lixi (angpau) dari umat

Saat bersilaturahmi itu, mereka memberikan banh tet kepada umat. Sehari sebelum Tet, saya menyempatkan diri ke Kota Ho Chi Minh, kota terbesar di Vietnam. Pusat kota Ho Chi Minh ini sekitar 42 km dari Novisiat SCJ. Pusat kota yang saya maksud ini adalah, kantor post Pusat, yang bersebrangan dengan Basilika Katedral Notre Dame Saigon, lalu dari sana kita bisa berjalan kaki untuk melihat-lihat, taman kota, beberapa Mall dan hotel, juga, Pasar Tradisional Ben Thanh, dan juga jalan Nguyen Hue.

Suasana pameran bunga

Tujuan utama saya hari itu adalah melihat pameran bunga di Jalan Nguyen Hue. Di sini, setiap Tet ada pameran taman bunga yang bisa dikunjungi secara gratis.    Pada hari Tet, ada perayaan misa khusus di pagi hari. Sebelum berkat penutup, setiap kami wajib mengambil amplop merah yang mereka sebut lixi. Lixi ini, yang digantung pada pohon, yang dipasang di dalam pot, isinya bukan uang, tetapi selembar kertas bertuliskan Sabda Tuhan.

Setelah mengambil, kami wajib membacanya. Usai sarapan sampai jam 17.30, para romo dan frater berkeliling ke beberapa tetangga untuk mengucapkan “Selamat Tahun Baru” Jika keluarga yang kami kunjungi adalah Katolik, maka kami berdoa bersama. Jika bukan katolik, ya kami tidak berdoa di keluarga itu. Biasanya, hampir semua keluarga yang kami kunjungi memberi kami lixi yang isinya uang. Di beberapa keluarga yang dekat dengan novisiat,ada frater yang sudah menyiapkan roti kering untuk diberikan ke keluarga itu.

Frater mengambil Lixi

Awal Mei 2020, di Vietnam, masyarakat sudah mulai diijinkan beraktifitas normal. Sekolah-sekolah sudah dibuka. Umat Katolik sudah bisa kembali merayakan Misa di Gereja. Namun kami semua masih tetap waspada terhadap virus corona. Dan kita terus berdoa: semoga corona segera teratasi. Amin… Salam Sehat dan optimis.

Rm. Dani SCJ, di Vietnam

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*