Datanglah kepada-Ku
‘‘Datanglah kepada-Ku. Kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu‘‘(Mat. 11: 28). Sebagai manusia kita tak jarang merasa menanggung banyak beban berat; kita merasa capek; merasa letih lesu, patah semangat, kehilangan gairah, malah bisa sampai putus asa dan kehilangan harapan.
Ada banyak hal yang bisa membuat kita berbeban berat dan letih lesu. Pada jaman Yesus banyak orang yang merasa terbebani dengan Hukum Taurat dan adat istiadat Yahudi. Sekarang banyak juga orang yang merasa terbebani dengan berbagai macam aturan, apa lagi dalam situasi pademi ini makin banyak peraturan yang harus kita taati.
Kesalahan dan dosa juga bisa membuat orang merasa terbebani. Pada jaman Yesus para pemungungut cukai, para pelacur, orang-orang sakit tertentu juga bisa merasa berbeban berat karena dianggap sebagai orang berdosa. Banyak orang pada jaman kita ini yang terbebani oleh dosa dan kesalahan masa lampau yang menyebabkan trauma atau luka batin.
Mereka yang miskin dan terpinggirkan juga mudah merasa berbeban berat. Sejak jaman Yesus sampai sekarang selalu ada kelompok orang yang terpinggirkan karena kemiskinan dan kekurangannya. Apa lagi pada masa pademi ini situasinya pasti menjadi semakin berat, sudah miskin tetapi tidak bisa bekerja entah karena kena PHK atau karena tidak ada orang yang mempekerjakan.
Banyak orang yang secara material bisa dikatakan cukup, bisa tetap stay at home dan bekerja di rumah serta mendapat gaji pun bisa saja mengalami beban berat karena harus membantu anaknya yang belajar online atau merasa stress karena biasa pergi-pergi dan sekarang harus mengurung diri.
Dan tentu saja mereka yang sedang sakit, entah sakitnya apa bisa dengan mudah merasa berbeban berat. Bukan hanya yang sakit tapi anggota keluarga yang bisa mengalami hal yang sama karena harus menjaga, merawat dan melayani, harus juga menanggung beaya yang sering bisa sangat besar.
Kepada kita yang berbeban berat dan letih lesu ini Yesus berseru dan mengundang kita semua untuk datang kepada-Nya. Tahun ini kita diajak untuk merenungkan dan menghayati adorasi. Adorasi adalah ungkapan kasih dan sembahsujud kita di hadapan Allah, di hadapan Yesus yang hadir dalam rupa roti ekaristi. Adorasi adalah jawaban kita atas undangan Yesus untuk datang kepada-Nya.
Datang kepada Yesus berarti kita masuk ke hadirat-Nya, bersimpuh di kaki Yesus, mengatakan terus terang apa yang kita alami dan rasakan. Jangan takut untuk datang kepada-Nya. Jangan ragu untuk mengeluarkan segala unek-unek hati kita pada Tuhan. Dan bila kita berbeban berat dan letih lesu mari kita berseru ‘‘Eloi Eloi lama sabachthani’’ (Mt. 27: 46).
Namun kita tidak hanya datang untuk mengeluh dan mengaduh, kita datang untuk juga belajar dari Yesus. ’’Belajarlah dari pada-Ku. Sebab aku ini lemah lembut dan rendah hati’’(Mat. 11: 29). Kita belajar dari Yesus yang lemah lembut dan rendah hati. Beban berat, penderitaan bisa membuat kita menjadi keras dan kehilangan kelembutan hati kita. Kita bisa menjadi sensitif, mudah tersinggung, dan menjadi marah dan kasar. Itu artinya kita kehilangan kelembutan hati kita. Belajar dari Yesus bagaimana dalam situasi berbeban dan penderitan kita tetap mempunyai hati yang lembut, sekurang-kurangnya kita tetap sabar dan tawakal, tetap bisa mengendalikan diri, tidak banyak komplain, dan lebih positif lagi kalau masih bisa bersyukur.
Yesus juga meminta kita untuk rendah hati. Rendah hati dalam konteks ini berarti bahwa kita menerima realitas diri kita, menerima bahwa kadang hidup kita bisa tidak sesuai rencana, kita bisa jatuh miskin, kita bisa sakit, kita bisa kena PHK, kita bisa gagal, kita bisa terbatas atau dibatasi ruang gerak kita, kita bisa jatuh dalam dosa, kita bisa memiliki masa lampu yang kelam.
Kita belajar dari Yesus yang berani menanggung beban penderitaan sampai akhir hidup-Nya. Yesus berani meminum piala penderitaan. Ia tidak minta supaya diturunkan dari salib. Kadang kala beban dan penderitaan yang kita alami memang tidak terhindarkan lagi sehingga mau tak mau kita harus menanggungnya sampai akhir hayat dan seperti Yesus berani dengan tegar berseru:‘‘Kedalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku’’(Luk. 23: 46).
Belajar sabar menanti campur tangan Allah dalam hidup kita. Tuhan bertindak dengan beragam cara. Tuhan membantu kita kadang lewat cara-cara tak terduga dan biasanya juga melewati proses tertentu.
Mari kita tanggapi undangan Yesus ini dengan segera datang kepada-Nya, datang untuk sujud menyembah-Nya, datang untuk belajar dari-Nya supaya hidup kita senantiasa disegarkan dan dikuatkan. Selamat Pesta Hati Kudus Yesus. Mencintai dengan hati, melayani dengan sukacita. Tuhan memberkati.
Leave a Reply