‘’Workshop Pendampingan Pastoral: Ret-ret dan Rekoleksi’’

Berita Skolastikat SCJ Yogyakarta

“Hei kamu orang muda…penuh sukacita…tunjukkan dayamu… Hoi! Hoi!” Seruan ini diteriakkan para skolastik SCJ tingkat I, II dan III di aula Skolastikat SCJ. Seruan ini juga menandai dimulainya ‘Workshop Retret dan Rekoleksi bagi Orang Muda’. Workshop ini diselenggarakan mulai tanggal 21-24 Januari 2022. Pemateri dan fasilitator yang mendampingi para frater adalah Romo Ch. Wahyu Tri Haryadi, SCJ. Workshop ini diadakan supaya para frater skolastik tingkat I, II dan III memiliki kemampuan yang cukup mumpuni dalam mendampingi rekoleksi dan retret bagi kaum muda. Kemampuan ini dibutuhkan mengingat permintaan dari beberapa pihak kepada para frater Skolastikat SCJ untuk mengisi rekoleksi bagi kelompok tertentu. Selain itu, retret dan rekoleksi merupakan lahan pastoral yang cukup penting bagi para calon imam di masa sekarang dan yang akan datang.

Pada hari pertama workshop, Romo Wahyu, SCJ berusaha menyamakan konsep para frater mengenai konsep rekoleksi dan retret. Para peserta diberi waktu untuk berdiskusi di dalam kelompok. Kemudian, hasil diskusi kelompok tersebut dipresentasikan di depan peserta yang lain. Sebagai tanggapan terhadap hasil diskusi tersebut, Romo Wahyu menjabarkan tentang pengertian rekoleksi dan retret. Rekoleksi dan retret tidak harus selalu dimaknai secara harafiah (mengumpulkan kembali atau berjalan kembali). Supaya lebih mendarat, retret dan rekoleksi dimaknai sesuai esensinya, yakni suatu penyegaran (refreshment), mundur dari keseharian dan memperbaiki strategi untuk kembali ‘berperang’ dalam menjalani hidup sehari-hari.

Pada hari kedua, Romo Wahyu mendorong para frater untuk memiliki kesadaran diri secara mental, emosional dan spiritual. Hal ini dilatarbelakangi bahwa seorang fasilitator retret atau rekoleksi harus bisa mengendalikan dirinya terlebih dahulu sebelum mendampingi orang lain. Setelah menyamakan konsep dan memberi penyadaran kepada para peserta, Romo Wahyu memulai tahap selanjutnya, yakni penjelasan langkah-langkah di dalam pemberian rekoleksi atau retret. Tahap ini didahului dengan materi mengenai cara menentukan tujuan kegiatan dan situasi diri. Materi situasi diri membantu para fasilitator untuk mengungkap perasaan awal yang ada di dalam diri peserta retret atau rekoleksi. Untuk mengungkapkan hal itu, Romo Wahyu menawarkan 8 cara praktis.

Selanjutnya, Romo Wahyu menjelaskan mengenai macam-macam cara berdoa. Cara-cara berdoa ini secara khusus diambil dari buku ‘Bermain Bersama Yesus’ yang beliau tulis sendiri beberapa tahun yang lalu. Buku ini adalah kumpulan modul pertemuan-pertemuan kreatif bagi umat Kristiani. Selain memuat cara-cara berdoa, buku ini juga menjabarkan kegiatan-kegiatan lain yang menarik dan kreatif. Buku ‘Bermain Bersama Yesus’ memiliki empat aspek yang ingin ditampilkan, yakni kebersamaan, asik-menyenangkan, menguatkan relasi dan memberi makna. Maka, para peserta workshop diberi tugas untuk merancang sebuah pertemuan di dalam kelompok dan akan dipraktekkan di hadapan peserta lain.

Pada hari kedua hingga hari ketiga, Romo Wahyu memberi kesempatan bagi para peserta workshop untuk mempraktekkan hasil rancangan mereka. Sebelumnya Romo Wahyu memberikan konteks sebuah rekoleksi kepada masing-masing kelompok. Dengan kata lain, para peserta workshop diberi kesempatan untuk melaksanakan simulasi rekoleksi. Ketika satu kelompok melaksanakan simulasi sebagai fasilitator, maka kelompok lain menjadi evaluator dan berakting sebagai peserta sebuah rekoleksi. Kegiatan simulasi ini penting supaya para peserta workshop mengalami sendiri perasaan, suasana, dan tantangan dalam memberikan rekoleksi.

Pada hari terakhir atau hari keempat, para peserta diberi kesempatan untuk belajar menyusun sebuah modul rekoleksi yang lengkap. Modul tersebut dipresentasikan pukul 10.00 pagi dan langsung mendapat tanggapan dan koreksi, baik dari sesama peserta workshop maupun dari Romo Wahyu sebagai fasilitator. Workshop ini ditutup dengan perayaan Ekaristi di Kapel Skolastikat SCJ. Di dalam homilinya, Romo Wahyu mengungkapkan betapa pentingnya bagi para calon imam untuk memperhatikan keselamatan jiwa umat yang dilayani. “Pastoral itu bukan hanya bicara mengenai hidup rukun, pastoral keluarga, pendidikan dan segala macamnya. Gereja juga harus memperhatikan keselamatan jiwa umatnya,’’ ungkap Romo Wahyu, SCJ.

Perayaan Ekaristi ditutup dengan berkat oleh Romo Wahyu, SCJ dan dilanjutkan dengan foto bersama. Semoga melalui “Workshop Rekoleksi dan Retret bagi Kaum Muda” ini, para frater SCJ semakin mumpuni di dalam mengisi sebuah rekoleksi atau retret. Dengan demikian, lahan pastoral ini dapat menjadi sarana bagi para frater untuk terus menghadirkan Kerajaan Hati Kudus Yesus.

By: Media Skolastikat SCJ Yogyakarta

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*