Tinggallah Bersama-KU

Pada Jumat, 01 Juli 2022 di Kapel Komunitas Postulat-Novisiat St. Yohanes Gisting diadakan Perayaan penerimaan kesebelas Novis baru yang memasuki masa Novisiat.  Masa dimana mulai memasuki tahun kanonik dalam hidup religius yang ditandai dengan penerimaan “Jubah” atau pakaian biara. Pakaian Biara menjadi simbol tersendiri bagi mereka yang secara istimewa menerima dan menanggapi panggilan Allah. Setelah satu tahun menjalani masa Postulat, kini kesebelas pemuda ini mulai memasuki masa Novisiat, masa dimana semakin fokus dalam pengolahan hidup rohani. Perayaan Ekaristi dipersembahkan oleh Rm. Julianus Sukamto, SCJ sebagai Superior SCJ Wilayah Lampung

Sebelum perayaan penerimaan Novis baru ini, mereka terlebih dahulu mengadakan retret bersama Rm. Antonius Effendi, SCJ di Komunitas Biara Gembala Baik yang dimulai dari  24 malam sampai 29 sore Juni 2022.  Menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami keluarga Dehonian menjadi saksi kehadiran mereka yang dengan rela untuk ikut ambil bagian dalam Karya keselamatan Allah melalui rahmat hidup panggilan yang mereka jalani sampai saat ini.  Kami meyakini bahwa Allah telah “memanggil” mereka untuk selamanya. Melalui berbagai cara; suara, mimpi, mukjizat atau bahkan melalui hal-hal yang sederhana.

Jubah yang diterima oleh para novis baru ini menjadi tanda bagi Gereja bahwa mereka siap untuk menjadi saksi dan tanda kehadiran Yesus Kristus. Ini bukan sekadar “jubah” dalam arti sempit, namun juga dapat diartikan sebagai cerminan hidup untuk dapat membawa diri sebagaimana layaknya sebagai seorang terpanggil.

Tidak hanya sebatas pakaian putih bersih nan menawan, namun dibalik itu semua ada banayak tugas dan tanggung jawab yang harus dipanggul sebagai “Salib” mereka masing-masing. Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci demikian: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Mat. 10:38).

Menjadi pribadi yang terpanggil merupakan kebanggan tersendiri bagi kami yang merasakan dan mengalaminya. Kami yang mendapat rahmat istimewa ini masih dapat juga merasakan apa yang dirasakan kaum muda di luar sana, namun mereka (kaum muda) belum tentu dapat merasakan apa yang ada dalam hati terdalam kami, yaitu rahmat panggilan ini.

Kami telah memilih apa yang  telah menjadi tujuan hidup kami, maka dari itu kami juga harus mencintai pa yang telah menjadi pilahan kami ini, termasuk dalam menerima segala konsekuensi yang ada.

Secara manuasiawi kami memang melawan kodrat, namun dalam iman kami percaya bahwa ini merupakan rahmat tersendiri dari Allah. Sebab ada tertulis dalam Perjanjian Baru demikian: “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga.” (Matius 19:12).

Fr Novis SCJ

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*