Caritas christi urget nos

Caritas Christi urget nos merupakan tema para neomis dalam peristiwa agung tahbisan imamat dan diakonat pada Rabu 27 Agustus 2025 di gereja Paroki St. Maria Bunda Allah, Tugumulya, Musi Rawas Keuskupan Agung Palembang.

Tema tersebut merangkum pengalaman perjalanan panggilan para tertahbis. Secara khusus para imam baru SCJ mengisahkan penggalan dari perjalanan panggilan mereka.

Mereka yang ditahbiskan sebagai imam SCJ ini sebenarnya berasal dari angkatan novisiat yang berbeda. Ada 4 angkatan yang karena waktu akhirnya dipersatukan untuk ditahbiskan secara bersama-sama.

Sebagai misal Romo Virdiawan, imam baru dari Tanjung Sakti ini merupakan neomis yang paling lebih dahulu dalam kaul, membagikan pergulatannya dalam menapaki jalan panggilan sebagai calon imam SCJ yang perlu ditempa dengan beragam pembinaan.

Selain menjalani tahun orientasi pastoral selama 2 tahun dan ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia mengalami kecelakaan saat menjalani masa pengolahan pastoral di Mesuji. Juga tantangan yang dialami oleh keluarganya dimana ibundanya sakit membuatnya bergulat dengan kepasrahan pada Allah.

Berbeda dengan romo Virdi, Romo Bryan dan Romo Agus sebagai teman seangkatan sejak novis mengalami bahwa mereka perlu mengasah daya ketrampilan pastoral dan karenanya harus menambah masa pastoral. Tidak mudah memang awalnya tetapi kemudian Allah menunjukkan kesadaran agung atas pengalaman itu.

Sedang romo Maruli, ia adalah imam baru yang sebagian temannya telah ditahbiskan terlebih dahulu. Ia sendiri sempat meninggalkan kongregasi SCJ sebelum berkaul kekal. Kemudian kembali karena gejolak suara hatinya yang mengarahkannya untuk kembali pada panggilan.
Kenyataannya walau berusia lebih tua dari yang lain ia adalah imam baru yang paling muda berdasarkan tahun novisiatnya. Romo Ucok, demikian panggilannya, sesungguhnya adalah imam yang telah dewasa dan matang.
Dari perjalanan panggilan semacam itulah akhirnya mereka sampai pada keyakinan bahwa semua itu tak lepas dari pemdampingan Tuhan. Mereka meyakini bahwa pergulatan masing-masing dalam menjawab panggilan merupakan wahana Allah menunjukkan dayanya untuk menopang mereka.

Maka alasan dasar mereka untuk melangkah lebih jauh dalam imamat ini tak lain dan tak bukan karena pengalaman kasih Allah yang menopang mereka dan kemudian itu menggerakkan mereka untuk berkata: YA dalam peristiwa tahbisan.

by C. Wahyu Tri Haryadi SCJ

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*