“Untuk bisa harmonis dengan tugas perutusan, saya harus harmonis dengan diri terlebih dahulu.” Demikian sharing Br. Dalijan SCJ saat perayaan Ekaristi hari pertama Pekan Studi Para Bruder SCJ Provinsi Indonesia. Panggilan menjadi seorang bruder itu unik, seringkali menjadi pertanyaan umat yang mengenal seorang bruder. “Mengapa menjadi bruder, kenapa tidak romo sekalian.” Demikian kata Br. Marjo SCJ saat mensharingkan pengalamannya berkenalan dengan beberapa umat yang penasaran dengan panggilan menjadi bruder.
Sharing hidup panggilan menjadi kesempatan yang ditunggu para Bruder SCJ Provinsi Indonesia saat mengadakan pertemuan dua tahun sekali dalam rangka studi bersama. Selama kurang lebih satu minggu para bruder dehonian menarik diri sejenak dari komunitas mereka untuk studi bersama. Pekan studi kali ini dihadiri 15 Bruder dan dibimbing oleh Rm. Yulius Sunardi SCJ, dengan tema: Kompetensi Interpersonal sebagai pintu masuk memahami keberagaman.
Para Bruder menyadari bahwa mereka dipanggil dari latar belakang budaya, adat istiadat, ataupun pendidikan yang berbeda dan mereka diutus ditengah-tengah komunitas, tugas perutusan, dan masyarakat yang beragam. Maka kompentensi Interpesonal dan Intrapersonal sangatlah penting untuk menunjang tugas perutusan mereka. Bersama Rm. Sunardi, para bruder mengadakan pengolahan diri mulai dari tanggal 25 Juni s/d 30 Juni 2018.
Ditengah keheningan Rumah Retret La Verna Padang Bulan ini, para bruder diajak untuk memahami dan menghargai perbedaan yang ada, khususnya perbedaan karakter yang bisa menjadi kekuatan para bruder untuk melaksanakan tugas perutusannya. Dengan menyadari dan menerima aneka perbedaan, diharakan para bruder tetap eksis dalam mengembangkan diri, tidak merasa diri sebagai panggilan kelas dua, namun memiliki kebanggaan sebagai seorang Bruder.
Martabat para bruder bukan didasarkan pada nilai kerja atau tugas perutusan melainkan ditemukan dalam persembahan dirinya sebagai seorang religius / biarawan yang melayani Tuhan dan sesama dengan semangat kurban dan kerendahan hati, dengan sikap empati yang dalam terhadap tugas perutusan.
Bruder Dehonian Indonesia memang memiliki banyak karya, namun para bruder menghayati sebagai karya bersama karena dipanggil dalam komunitas untuk melayani Tuhan dan sesama. Beberapa karya yang ditangani para bruder antara lain, bengkel kayu, pekebunan, kesehatan, asrama, rumah tangga, sekolah, komunikasi, dan pastoral. Para Bruder Dehonian juga mendapat kesempatan yang sama dengan anggota Imam dalam pendidikan. Bagi Dehonian semua anggota adalah sama, dalam mengikharkan kaul yang sama, yang membedakaan adalah tugas perutusan. Ada yang diutus menjadi perawat, menjadi dosen, direktur asrama, yayasan pendidikaan, direktur bengkel, menjadi misionaris di Italia maupun di Philipina. Semua memiliki semangat yang sama yaitu kesiap sediaan dan persembahan diri bagi Hati Yesus yang Maha Kudus.
Disamping sharing peneguhan, Pekan studi para bruder juga membicarakan keprihatinan yang muncul dan bagaimana mencari solusi yang tepat. Salah satunya adalah panggilan Bruder yang semakin berkurang. Para bruder juga ditantang untuk mengadakan kegiatan bersama untuk mempromosikan panggilan para bruder. Namun Para Bruder menyadari bawah promosi yang paling efektif adalah kesaksian hidup dengan menunjukkan kualitas dan keteladannya di tengah-tengah umat untuk menarik panggilan bagi kaum muda.
Pekan studi ditutup dengan Misa penutup oleh Pater Provinsial SCJ, Rm. Alex Sapta Dwi Handoko SCJ sekaligus peneguhan bagi para Bruder dan bagi koordinaator Bruder yang terpilih kembali untuk dua periode, yaitu Br. Laurentus Mardi Widodo SCJ. Rasa syukur dan kegembiraan dilanjutkan dengan berziaraah ke makam para konfrater SCJ di Pringsewu dan mengunjungi keluarga Br. Sismadi SCJ di Kalirejo.
Foto-foto lengkap bisa dilihat di sini
Leave a Reply