DEHONIAN DAY 176 – “MUDA, BERSAKSI”

“Mantul, mantul, mantul, yo ayo mantul, mantapkan semangatmu. Siap, siap, siap, siap, aaasiap, aku siap tuk bersaksi….” Para pemuda itu menyanyikan theme song dan mengekspresikan diri mereka dalam acara Dehonian Day ke- 176 di Skolastikat SCJ Yogyakarta. (Sumber : Channel Youtube Dehonian’s Cam)

Tanggal 14 Maret adalah Hari peringatan kelahiran pendiri Kongregasi SCJ, Pater Yohanes Leo Dehon. Bagi para Dehonian, hari itu dirayakan sebagai hari panggilan. Dalam rangka memperingati kelahiran Pater Dehon itu, pada hari Sabtu, 16 Maret sampai hari Minggu, 17 Maret 2019, komunitas Skolastikat SCJ Yogyakarta mengadakan acara Dehonian Day bersama siswa-siswa SMP dan SMA se-DIY, dengan tema “Muda Bersaksi”. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada anak-anak tentang hidup panggilan sebagai imam/biarawan. Jumlah peserta yang hadir adalah lebih kurang 86 orang. Mereka merupakan utusan dari 11 SMP, 11 SMA, 1 Paroki, dan dari Seminari Menengah Mertoyudan.

Acara yang berlangsung selama dua hari ini dikemas secara menarik dan penuh makna oleh para frater. Selama acara berlangsung, peserta dibimbing untuk menjadi “Ksatria Dehonian”. Ada 3 hal pokok yang mereka renungkan. Pertama, Ksatria Dehonian mengemban tugas untuk mengenali potensi diri. Kedua, mereka diajak untuk keluar dari zona nyaman. Ketiga, mereka harus menjadi saksi Kristus dan berbicara banyak di tengah dunia.

Dalam kata sambutannya, Romo Yulius Sunardi, SCJ yang mewakili komunitas dan dewan SCJ propinsi Indonesia, meyakinkan para peserta bahwa mereka adalah “the breavly young men from the door side”. Keberanian mereka dalam menjawab undangan para frater SCJ itu sangat diapresiasi. Ia berharap, Para Ksatria pemberani ini dapat mengikuti acara dengan antusias, mulai dari acara yang sifatnya humaniora hingga spiritual.

Di hari pertama, mereka diberi kesempatan untuk berdinamika bersama para frater dalam bernyanyi, membuat name tag dengan simbol tertentu yang berhubungan dengan ciri seorang ksatria (seperti pedang dan perisai) dan membagikan cita-cita hidup. Setelah itu, untuk keperluan istirahat, setiap kelompok menyiapkan tempat tidur sendiri dengan perlengkapan seadanya layaknya seorang ksatria. Dalam acara ini, mereka juga dituntut untuk memegang prinsip keadilan. Prinsip itu diajarkan dalam hal makan siang bersama yang dikemas dengan tumpeng dan mereka juga diminta untuk menyediakan makan malam bagi kelompok lainnya dengan bakar-bakar ikan nila di halaman Skolastikat SCJ.

Layaknya ksatria yang tangguh dan berjiwa mulia, para Ksatria Dehonian ini juga mengikuti kegiatan rohani dengan penuh antusias. Di siang hari, mereka berdoa Rosario dan Ibadat Harian. Pada malam harinya, mereka diajak untuk merenungkan cita-cita diri dalam keheningan dan kesendirian yang dikemas dalam acara yang dinamakan “Solo Night”, lalu kemudian ditutup dengan berkat Sakramen Mahakudus di Kapel.

Pada hari kedua, mereka diajak untuk melakukan meditasi di pagi hari. Setelah itu, kegiatan semakin seru dan bermakna ketika para Ksatria Dehonian ini melakukan out-bond yang dilaksanakan di lingkungan Skolastikat dan lingkungan Klaseman, Paroki Keluarga Kudus Banteng. Sembari mengenal umat di lingkungan, para Ksatria Dehonian ini juga berkontribusi dalam mengumpulkan sampah yang mereka temui di jalan. Puncak acara out-bond ini ditutup dengan suatu “peperangan” di lapangan Skolastikat SCJ. Perang bukan dalam arti fisik, tetapi setiap kelompok beradu strategi untuk meniup lilin lebih dahulu, dengan jarak sekitar 8 meter. Masing-masing kelompok hanya boleh menggunakan semua tangan, dan 2 kaki untuk mencapai lilin tersebut. Kelompok yang berhasil meniup lilin akan menjadi ketua dari setiap Ksatria dan membacakan perintah selanjutnya. Perintah itu berisi tugas untuk mencari perisai yang hilang. Ketika perisai itu ditemukan, sorak-sorai gembira dari para ksatria ini pun tak terbendung.

Mengenai acara ini, banyak kesan positif yang disampaikan oleh para peserta. Misalnya : “Pas bakar-bakar ikan itu, momennya seru.” Kata Tery siswa SMP Immaculata, sembari tersenyum bahagia. Selain itu, kesan positif juga disampaikan oleh Gabriel Yosatae Jevon, siswa SMP 1 Pangudi Luhur Yogyakarta. Ia berpendapat bahwa acara Dehonian Day ke-176 ini sangat menarik dan mendidik. Selain menanamkan prinsip-prinsip seorang ksatria di dalam kegiatan humaniora, acara ini juga diisi dengan dua sesi konferensi. Di hari pertama, konferensi ditujukan untuk memperkenalkan komunitas SCJ dan bagaimana proses pendidikan para fraternya, hingga menjadi seorang imam. Di hari kedua, sesi yang berlangsung selama 45 menit itu berbicara tentang proses ketertarikan seseorang pada hidup panggilan.

Peringatan Dehonian Day ini ternyata bukan hanya berkesan bagi anak-anak tetapi juga guru pendamping. “Saya merasa senang, karena acara ini memperkenalkan hidup panggilan imam dan para frater kepada anak-anak. Ini kan sesuatu yang luar biasa. Di sekolah, saya hanya bisa bercerita. Tetapi di sini, mereka mengalaminya secara langsung. Harapan terbesar saya, semoga salah satu atau semua anak terpanggil untuk menjadi imam/biarawan. Amin.”  Tutur Bu Nora, guru SMP Don Bosco, Yogyakarta.

 

Fr. Paulus Josse Pratama, SCJ

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*