Memorial day adalah saat dimana kita mengenangkan orang-orang yang telah meninggalkan dunia mendahului kita, baik itu orang-orang yang kita sayangi, yang kita hormati atau bisa pula orang-orang yang berjasa bagi banyak orang. Dalam beberapa kebudayaan, memorial day merupakan hari libur yang diperuntukkan untuk menghormati pahlawan dan orang-orang yang telah berjasa bagi bangsa dan negara tertentu.
Setiap tanggal 26 November bagi para dehonian di seluruh dunia memperingati memorial day untuk mengenang para konfrater yang telah meninggal. Secara khusus para dehonian mmeperingati mereka yang menjadi martir di Zaire (sekarang Republik Congo). Untuk tahn ini, para dehonian juga diundang untk mengenangkan kematian seorang suster dari Kongregasi Keluarga Kudus dalam doa-doa kami. Konggregasi tingkat keuskupan di Congo itu didirikan oelh Mgr. Ventaille, SCJ di Batwabaka. Dalam pengantar Pater Jendral SCJ, ia menuliskan, “We want to remember in a special way the Blessed Maria Clementina Anuarite Nengapeta adn the 28 Dehonians killed in 1964 during the Simba rebellion in Congo.”
Komunitas Postulat-Novisiat SCJ dan beberapa romo, bruder dan frater dari komuitas BGB (Biara Gembala Baik), komunitas La Verna dan Komunitas Teluk Betung mengisi memorial day dengan merayakan ekaristi di komunitas lalu mengadakan ziarah ke makam FSGM-SCJ di Pringsewu. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Rm. Yohanes Samiran, SCJ., vikjen Keuskupan Tanjung Karang.
Bagi banyak orang pemakaman adalah suatu hal yang menyeramkan dan menakutkan. Suasana angker kerap kali menjadi pandangan umum ketika orang mendengar atau datang ke makam. Tetapi makam para religius di Pringsewu sangat jauh dari kesan angker, bahkan dapat dikatakan bahwa orang-orang yang berkunjung kesana dapat merasakan ketenangan dan kebahagiaan. Tidak ada perasaan takut ataupun cemas ketika kami memasuki tempat pemakaman itu, malahan ada suasana damai dan tenteram yang kami dapatkan sewaktu kami berziarah. Di tempat itu, kami semua mengadakan doa dengan menggunakan petunjuk dari Jendralat SCJ di Roma dalam bahasa Inggris. Dipimpin oleh Diakon Alex, SCJ, kami semua mengikuti perayaan iman dengan khidmat. Beberapa romo dan bruder SCJ menceritakan pengalaman-pengalaman mereka yang pernah mereka alami bersama dengan para konfrater yang dikuburkan disana. Selain berdoa, kami juga melakukan kebiasaan nyekar yaitu menabur bunga diatas makam.
Dalam beberapa kebudayaan, mendoakan atau sekadar mengingat orang mati adalah tindakan yang sia-sia bahkan tidak berguna. Tetapi sungguh berbeda pengertiannya bagi kaum kristiani. Mengingat ataupun mendoakan orang lain menjadi pengingat bagi kita bahwa kematian itu ada dan juga sekaligus kita berharap akan kebangkitan kekal yang telah dijanjikan Yesus. Kebangkitan orang-orang mati juga bersumber dari kebangkitan Kristus sendiri dari alam maut pada hari ketiga. Maka sebagai orang kristen kita sebaiknya memaknai kematian dengan harapan akan kebangkitan dan juga keselamatan didalam kebangkitan Kristus sendiri.
Leave a Reply