Perjuangan Sang Misionaris Sejati

In Memoriam: Rm. Paulus Sugino SCJ

Panggilan awal menjadi Katolik

Namanya adalah Sugino, laki-laki yang dilahirkan di desa Ngekong, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten pada tanggal 15 September 1954 ini sejak kecil merupakan seorang pekerja keras. Ia dilahirkan dari pasangan bapak Ngatimin Sodiwiyono dan ibu Rubinem Sodiwiyono. Sebelum menikah dengan ibu Rubinem, bapak Sodiwiyono sudah memiliki dua anak. Sedang ibu Rubinem sebelum menikah dengan Sodiwiyono sudah memiliki satu anak. Sugino kecil memiliki 5 saudara kandung.

Ayah Rm Sugino bersahabat
dengan ayah Rm. Wardjito

Sugino sedari kecil sudah menunjukkan semangat juang dan pantang menyerahnya. Ketika usianya belum satu tahun, ibundanya sakit sehingga Sugino kecil dititipkan kepada seorang ibu yang memiliki anak kecil juga untuk mendapatkan air susu. Sugino kecil sering jatuh dari ayunan sehingga sakit dan pertumbuhannya terganggu. Namun semangat dan perjuangannya untuk maju terus menyala. Pada usia lima tahun, setelah melihat kakaknya masuk sekolah, Sugino sudah mempunyai keinginan kuat untuk bersekolah. Namun karena usianya belum mencukupi, seperti anak kecil yang lainnya, yang dapat dilakukannya adalah menangis dan dengan terpaksa menunggu satu tahun lagi.

Seminaris Sugino dengan keahliannya sebagai tukang cukur.

Pada usia enam tahun Sugino didaftarkan ke SD Kanisus Kerten. Di SD tersebut Sugino menjadi anak yang paling kecil dan sering mendapat perlakukan kurang baik dari teman-temannya. Ia sering ditempeleng kalau tidak menuruti keinginan teman-temannya. Kalau berbicara dengan mereka, Sugino diminta menggunakan bahasa Jawa halus. Cara mengajar gurunya cukup keras dan sering menggunakan tangan untuk mendidik anak-anaknya kalau berbuat salah. Sugino kecil sering mendapatkan pukulan itu. Namun kekerasan yang Sugino kecil alami tidak membuatnya surut untuk menggapai keinginan untuk maju dan berkembang dengan segala keterbatasan dan kelemahannya.

Sejak masuk kelas 1 SD itulah Sugino kecil pertama kalinya belajar membuat tanda salib dan mengenal doa-doa, seperti Bapa Kami dan Salam Maria. Di rumah ia belum pernah mendengar doa semacam itu sebab orang tuanya belum menjadi Katolik. Sejak saat itu Sugino kecil juga mengenal gedung Gereja, masuk dan diperkenalkan kepada Misa Kudus. Sugino kecil merasakan keheranannya saat pertama kali melihat seorang lelaki berpakaian seperti Wanita dan berbeda dari laki-laki lainnya. Kala itu ia belum mengetahui bahwa orang itu adalah seorang Romo.

Kenangan saat merayakan ulang tahun yang ke 67 di Provinsialat SCJ

Sebagai orang yang baru pertama kali kenal kehidupan menggereja, Sugino kecil gemar untuk mengamati situasi dalam Gereja, romo, misdinar dan saat penerimaan komuni. Pernah ia ikut maju menerima komuni namun dilarang gurunya karena belum katolik. Sejak saat itulah ia berkeinginan menjadi katolik. Ia diberitahu persyaratan menjadi katolik adalah hafal doa-doa Gereja, maka Sugino kecil berusaha keras untuk bisa hafal, sehingga di kelas 3 SD ia sudah mampu menghafal seluruh doa-doa gereja. Ada suatu peristiwa yang menarik tentang kolekte. Ketika kolekte, ada beberapa orang yang membawa kantong. Ia mengira itu untuk mengumpulkan apa yang dibawanya. Karena yang ia punya adalah pensil dan buku maka ia memberikan pensil dan bukunya untuk kolekte.

Kenangan saat bersama misionaris dari Belanda Rm. Kess van Passen SCJ

Akhirnya di kelas empat SD, Sugino mulai mengikuti pelajaran agama tidak hanya di sekolah tetapi juga di wilayah maupun di Gereja. Pelajaran agama yang paling menarik bagi Sugino adalah pelajaran agama di Gereja karena sering kali ada film atau slide yang juga merupakan hal asing dan baru bagi Sugino. Hal tersebut sangat menarik baginya. Sesampai di rumah, Sugino mulai bercerita kepada teman-temannya dan kemudian mengajak teman-temannya untuk ikut nonton. Mereka mau dan akhirnya banyak teman-teman Sugino dari desanya yang mengikuti pelajaran agama. Sesudah mengikuti pelajaran agama di Gereja hampir dua tahun, pada tanggal 24 Desember 1965 Sugino menerima sakramen baptis dengan nama baptis Paulus.

Permulaan panggilan menjadi imam

Rm. Paulus Sugino SCJ merayakan Ekaristi di Kapel Rumah Retret Giri Nugraha

Pada masa itu Paulus Sugino kecil sudah terbiasa kerja keras mencari kayu dan menjualnya. Dari penjualan kayu ia sudah bisa membiayai sendiri sekolahnya. Sugino tidak merasa malu meski harus berjumpa dengan guru-gurunya di sekolah, bahkan guru-gurunya sering membeli kayu yang dijualnya. Pada tahun 1966 Sugino meneruskan ke SMP Pangudi Luhur Gayam, Klaten. Pengeluaran orang tua semakin banyak, maka Sugino semakin giat bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya dan juga untuk adiknya yang masih kecil. Ia menuruti nasehat orang tuanya yang mengatakan, kalau mau sukses sekolah maka harus mencari sendiri biayanya. Hasil penjualan kayu cukup untuk biaya sekolah satu bulan. 

Pada saat SMP itu Paulus Sugino melihat beberapa kakak kelasnya masuk seminari Mertoyudan untuk menjadi imam. Mulai saat itu Paulus Sugino memiliki gambaran tentang seminari. Kalau teman-teman seminaris pulang ke rumah pada waktu libur, banyak cerita yang mereka bawa tentang seminari sehingga gambarannya tentang seminari menjadi lebih jelas. Ia melihat teman-temannya banyak mengalami perubahan dalam sikap hidupnya. Paulus Sugino sungguh-sungguh mulai tertarik. Tetapi ia tidak berani mengemukakan cita-cita itu kepada ayah. Ia hanya menyampaikan kepada kakak saja.

Bersama Misionaris dari Polandia Rm. Henslok SCJ

Kakaknyalah yang mendukung ia masuk ke seminari.Dengan penuh semangat Sugino mengurungkan niatnya untuk mendaftar di SPG St. Yosep Yogyakarta. Bersama kakaknya ia mengurus persyaratan masuk semanari Stella Maris Bogor. Saking semangatnya sampai-sampai Paulus Sugino lengah saat dibonceng oleh kakaknya sehingga kakinya terkena jeruji sepeda. Untung ada dokter yang memberi suntikan anti tetanus seminggu dua kali sehingga saat keberangkatnyapun kendati masih sakit, Paulus Sugino tetap samangat akan panggilan dan ia nekat. Sang ayah saat melepas kepergiannya menangis namun karena melihat tekat anaknya, dengan berat hati ia melepas kepergian Paulus Sugino. Akhirnya Paulus Sugino diterima menjadi seorang seminaris di Seminari Stella Maris Bogor pada bulan Januari 1970.

Bersama-sama para misionaris di Papua

Ketertarikan Paulus Sugino menjadi SCJ ketika seminari Stella Maris kedatangan 3 orang tamu dari Keuskupan Tanjung Karang, yaitu Rm. Zwaard SCJ, Rm. Van Ooi SCJ, dan Mgr. Hermelink SCJ. Mereka mengadakan promosi panggilan menjadi imam khususnya imam SCJ, bahwa keuskupan Tanjung Karang masih sangat membutuhkan imam. Sejak saat itu, Paulus Sugino memiliki keinginan menjadi Imam SCJ dan berkarya di sebuah paroki di Lampung.

Hadir bersama-sama para Misionaris di India dan para konfrater India

Pada tahun 1974 Paulus Sugino melamar menjadi Imam SCJ dan diterima sebagai postulant SCJ pada tahun 1975 s/d 1976 di Yogyakarta. Masa novisiat Frater Paulus Sugino dijalani di Yogyakarta pada tahun 1977 s/d 1978. Pada saat itu masa novisiat juga dilakukan dengan kuliah di Seminari Tinggi Kentungan. Biasa disebut dengan masa novisiat integral. Fr. Paulus Sugino SCJ mengikrarkan prasetya pertamanya pada tanggal 30 Januari 1979 di Yogyakarta, dan kemudian prasetya kekalnya pada tanggal 30 Januari 1982 di Yogyakarta juga.

Fr. Paulus Sugino SCJ memperoleh gelar BA pada tahun 1977. Pada tanggal 23 September 1980 Fr. Paulus Sugino SCJ dilantik menjadi lektor Akolit di Kapel Seminari Tinggi Yogyakarta oleh Mgr. Kardinal Yulius Darmoyuwono Pr.  Frater Sugino memperoleh gelar sarjana Drs pada bulan Mei 1982 dan kemudian berangkat ke Tugumulyo Musi Rawas untuk melaksanakan tugas Masa Akhir Pastoral. Fr. Paulus Sugino menerima tahbisan diakon di Kapel Novisiat St. Yohanes Gisting pada tanggal 1 Juni 1982 dari Mgr. Albertus Hermelink Gentiaras SCJ. Pada tanggal 7 Juli 1982 Rm. Paulus Sugino SCJ mendapatkan rahmat tahbisan Imamat dari tangan Kardinal Yulius Darmoyuwono Pr di Kapel IKIP Sanata Dharma Yogyakarta.

Permulaan menjadi misionaris

Saat menjabat sebagai anggota Dewan Penasehat Jenderal tahun 2015 s/d 2018

Pada bulan Januari s/d Mei 1983 Rm. Paulus Sugino diutus studi bahasa Inggris di London. Kurang lebih pada bulan Oktober 1983 s/d Juni 1984 Rm. Sugino SCJ melaksanakan tugas untuk studi Pontificat Universitas Gregoriana guna mengambil Licentiat dalam Teologi. Pada bulan Oktober 1984 s/d Maret 1989 Rm. Paulus Sugino SCJ diutus untuk belajar psikologi Hidup Rohani di Pontifical Universitas Gregoriana Roma dan bergelar Lisensiat. Pada tanggal 08 Maret 1989 Rm. Paulus Sugino tiba kembali di Indonesia dan ditugaskan sebagai staff di Skolastikat SCJ Yogyakarta, khususnya untuk bimbingan pribadi dan pendampingan psikologis para frater yang oleh staff dipandang membutuhkan penanganan intensif secara psikologis/rohani untuk pemantapan panggilannya. Rm. Sugino diangkat sebagai Rektor Skolastikat SCJ dari tanggal 1 Agustus 1995 s/d 15 Juli 1998.

Pada tanggal 14 September 1989 Rm. Sugino SCJ diangkat sebagai wakil ketua Komisi Pendidikan s/d tahun 1992. Dan pada tanggal 15 Juli 1992 diangkat sebagai anggota Dewan penasehat ke-2 untuk trienium I s/d 15-07-1995 dan Trienium II 1995-1998 sebagai Wakil superior provinsi.

Pada tanggal 15 Juli 1998 Rm. Paulus Sugino SCJ dipercaya sebagai Superior Provinsi periode 1998-2001 dan kembali terpilih untuk trenium kedua periode 2001-2004. Selepas menjabat sebagai provinsial, Rm. Paulus Sugino SCJ diutus ke novisiat St. Yohanes Gisting untuk menjadi pembimbing postulan pada tanggal 15 Juli 2004. Pada masa inilah pendidikan Postulat SCJ mengalami perubahan dari satu bulan menjadi satu tahun. Ini dilakukan agar pengelolahan sisi kepribadian lebih matang.

Hadir bersama para Theolog Dehonian sedunia yang hadir pada Seminar Theologi di Yohyakarta.

Beliau terpilih menjadi anggota Dewan Penasehat Jendral SCJ pada tahun 2009 – 2015 pada saat Mgr. Jose Ornelas Carvalho SCJ menjadi Superior Jendral. Rm. Paulus Sugino kembali terpilih menjadi anggota Dewan Penasehat Jendral pada tahun 2015 – 2018 pada saat Mgr. Heinrich Weilmer SCJ menjadi Superior Jendral.

Setelah romo Sugino selesai melaksanakan tugas perutusan sebagai anggota Dewan penasehat Jenderal, ia mempersembahkan diri untuk menjadi misionaris di Regio Madagaskar. Rm. Paulus Sugino SCJ bergabung dengan Regio Madagaskar pada tanggal 23 Februari 2019. Kemudian Rm. Sugino mendapat tugas mendampingi para postulan dan novis di Novisiat Antsirabe Andronabe sampai dengan akhir bulan Juli 2020. Kemudian ia dipindahlan ke Skolatikat SCJ di Antananarivo Madagaskar untuk menjadi formator dan Superior/Rektor Skolastik.

Jenazah Rm. Paulus Sugino SCJ disemayamkan di Kapel Skolastikat SCJ di Antananarivo Madagaskar

Rm. Paulus Sugino SCJ sempat terpapar Covid-19, dan dirawat kurang lebih selama 15 hari. Dalam masa pemulihan Rm. Paulus Sugino SCJ mengalami sesak nafas dan akhirnya Tuhan memanggilnya untuk menghadap-Nya tepatnya pada pukul 02.00 waktu Madagasar atau pukul 06.00 WIB pada tanggal 30 Desember 2021.

Semoga Tuhan memberikan kedamaian abadi di surga dan menjadikan Rm Paulus Sugino SCJ pendoa bagi Gereja, bagi kongregasi dan bagi misi SCJ di manapun berada.

2 Komentar

  1. Selamat jalan Romo. P. Sugino SCY. Semoga berbahagia di surga. Doakan kami yang masih berziarah di dunia ini. Berkah Dalem Salam Manete In Me

  2. Selamat jalan Romo gino.. aku mengenalmu baru sekali dan sdh tdk melihatmu lagi. Semoga Tuhan memerima Romo di sisiNya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*