Kotbah Malam Paskah Pater Provinsial SCJ Indonesia
Pada tahun ini kita merayakan Paskah dengan cara yang sangat unik. Kita menyebutnya Paskah online karena para umat merayakan Paskah di kediaman masing-masing via live streaming. Umat malahan tidak diperkenankan hadir di gereja. Gereja yang selama ini menjadi pusat perayaan Paskah dan selalu penuh dengan umat Kristiani, kini kosong; kosong seperti makam Yesus yang kosong.
Yesus yang bangkit tidak duduk manis di makam dan menunggu orang datang untuk melihat-Nya. ‘‘Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit’’ (Mat. 28: 6) kata malaikat kepada para perempuan yang pagi-pagi mengunjungi makam Yesus. Ia keluar dari makam dan menemui orang-orang yang dikasihi-Nya. Ketika menemui Maria Magdalena Yesus sudah berada di luar makam dan malah dikira penjaga makam (bdk. Yoh. 20: 15). Ia berjalan bersama dua orang murid yang hendak pulang ke Emaus (lih. Luk. 24: 13-35). Ia mendatangi para murid yang sedang berkumpul di suatu rumah (lih. Yoh. 20: 19-23). Ia tampil di hadapan para murid ketika mereka di danau Galilea untuk mencari ikan (lih. Yoh. 21: 1-14). Begitulah Yesus yang bangkit itu terus bergerak. Ia tidak menunggu di makam tetapi aktif mendatangi para murid dalam berbagai situasi.
Ia tahu pada waktu itu para murid sedang dilanda ketakutan. Mereka takut ditangkap dan disangkutkan dengan Yesus yang disalib. Mereka takut diejek dan ditertawakan orang karena Yesus yang mereka ikuti ternyata mati dengan cara yang sangat mengerikan. Mereka takut pergi keluar; mereka menyembunyikan diri dalam rumah, menutup pintu rapat-rapat (lih. Yoh. 21: 19). Bagi para murid itulah suasana paskah perdana.
Sekarang kita mengalami suasana paskah yang juga diwarnai aroma ketakutan karena wabah virus corona. Setiap hari kita membaca, mendengar, melihat dampak-dampat mengerikan yang disebabkan oleh virus ini. Wajar kalau kita merasa takut; takut kalau kita sendiri tertular virus tersebut, takut kalau orang tua, sanak saudara, sahabat, konfrater, karyawan kita tertular virus tersebut. Kita takut dengan dampak yng ditimbulkan oleh wabah ini: kehidupan ekonomi yang pasti akan sulit, kita tidak bebas kemana-mana, kita harus menunda banyak agenda dan kegiatan kita. Dalam situasi seperti inilah kita merayakan paskah, merayakan kebangkitan Tuhan. Lantas apa artinya paskah bagi kita sekarang? Bagaimana kita bisa mengalami daya kekuatan Yesus yang bangkit itu?
Dalam kisah penampakan di jalan ke Emaus, Yesus yang bangkit itu dikenali oleh kedua murid ketika Ia memecahkan roti (lih. Luk. 24: 30-31). Hal yang kurang lebih sama juga diceritakan oleh Yohanes dalam kisah penampakan Yesus di pantai danau Galiela (lih. Yoh. 21: 13). Pemecahan roti biasa kita pahami sebagai ekaristi. Selama ini ekaristi menjadi sarana yang sangat efektif bagi kaum beriman untuk bisa merasakan dan mengalami daya kebangkitan Yesus. Kita semua menimba kekuatan rohani dari ekaristi, dengan menyambut Tubuh Kristus. Normalnya kita menyambut Tubuh Kristus itu dalam perayaan ekaristi di gereja.
Namun demikian Yesus yang bangkit itu ternyata juga bisa dialami dengan beragam cara: Ia tampil sebagai teman dalam perjalanan (lih. Luk. 24: 15); Ia menjelaskan Kitab Suci (lih. Luk. 24: 27) dan membuat hati berkobar-kobar (lih. Luk. 24:32), Ia menunjukkan cara dan tempat yang tepat untuk mendapatkan ikan (lih. Yoh. 21: 6); ia seperti menyamar sebagai tukang kebon (lih. Yoh. 20: 15); Ia datang ketika para murid sedang berkumpul. Maka ketika kita tidak bisa lagi menjumpai Yesus dalam perayaan ekaristi di gereja seperti sekarang ini, baiklah kita membuka diri, membuka mata hati kita untuk bertemu dengan Yesus yang bisa tampil dengan beragam cara di dalam berbagai peristiwa hidup kita. Bisa saja Yesus yang bangkit itu hadir dalam diri juru masak di rumah kita, tetangga sebelah yang memberi papaya kepada kita, driver online yang mengantar kita, teman yang setiap hari menyapa kita.
Kepada para murid Yesus sering mengatakan ‘‘jangan takut.’’ Jangan takut menghadapi penderitaan, jangan takut mati, jangan takut menghadapi situasi yang berat. Jangan takut karena ‘‘Aku menyertai kamu sampai akhir jaman’’ (Mat. 28: 20). Virus corona memang menakutkan. Akibat yang muncul dari wabah ini juga membuat kita takut. Namun demikian ketakutan tidak boleh membelenggu kita; ketakutan tidak boleh memenjarakan kita, membuat kita lumpuh dan tidak berdaya. Ketakutan itu harus membuat kita kreatif dan banyak akal. Ketakutan bisa membuat kita do nothing tetapi bisa juga membuat kita do something differently, do something in very creative way.
Perayaan ekaristi online adalah salah satu bukti bahwa kita banyak akal dan kreatif. Kita percaya Yesus yang bangkit itu mendatangi rumah kita masing-masing. Kalau kita tidak bisa pergi ke gereja untuk bertemu dengan Tuhan, tidak berarti bahwa Tuhan tidak bisa pergi ke rumah kita untuk menemui kita. Dan begitulah kita yakin kita akan menemukan banyak cara baru dalam menghayati iman kita, menemukan cara baru untuk bertemu dengan Tuhan. Dalam hidup sehari-hari kita juga akan semakin kreatif. Bekerja secara online atau belajar/mengajar secara online pastilah bukan satu-satunya cara yang bisa kita lakukan. Ada banyak hal-hal kreatif yang bisa kita lakukan baik secara pribadi maupun bersama: bercocok tanam, membersihkan rumah, mempelajari ketrampilan baru, membuat postingan yang edukatif, dlsb.
Yesus yang bangkit itu tampil beda. Ia tidak lagi kesana kemari dan bertemu dengan banyak orang. Ia hadir di tengah para murid dan menguatkan mereka dengan cara yang berbeda-beda. Dalam situasi yang menakutkan ini baiklah kita membuka mata dan hati kita selebar mungkin untuk bisa mengenali kehadiran Yesus di tengah kita. Dengan cara itu kiranya kita akan lebih kuat dalam menghadapi situasi yang berat dan tetap optimis manakala kita sedang ditimpa bencana. Setelah kematian, ada kebangkitan. Setelah penderitaan, ada kemuliaan. Setelah musim kemarau yang panjang, ada musim hujan yang menyejukkan. Setelah bencana yang menyesakkan, pastilah ada fajar dan harapan baru. Selamat Paskah. Tuhan memberkati.
Palembang 11 April 2020
In Corde Jesu
Titus Waris Widodo SCJ
Superior Provinsial SCJ Indonesia
Leave a Reply