96 Tahun SCJ di Indonesia

Damai Hati Kudus Yesus menyertai kita semua.

Para konfrater dan saudara/ri terkasih, dalam suatu refleksinya, Pater Dehon pernah menuliskan, “Domini quod mi vis facere?” (Ya Tuhan, apa yang Engkau inginkan untuk aku perbuat?) Pertanyaan ini menggambarkan sikap kebersatuan yang mendalam antara Pater Dehon dengan Tuhan. Baginya, hidup yang ia miliki bukan lagi ia sendiri, melainkan Yesus yang hidup dan meraja di dalam dirinya (Bdk. Gal 2:20). Sikap ini menjadi dasar bagi Pater Dehon untuk menemukan gerakan Roh bagi perkembangan kongregasi yang ia bangun. Apa yang menjadi hasrat, mimpi, dan keinginannya senantiasa ia satukan seturut kehendak Allah.

Apa yang menjadi refleksi Pater Dehon saat itu, kiranya juga masih sungguh relevan dalam kehidupan kita saat ini. Menemukan kehendak Allah (gerakan roh atau pemulihan) menjadi suatu refleksi yang senantiasa kita lakukan sebagai sebuah acuan kemana kita akan mengarahkan Provinsi SCJ Indonesia. Tak terasa, sudah 96 tahun SCJ hadir di Indonesia. 23 September 1924, SCJ menginjakkan kaki pertama kali di bumi nusantara, tepatnya di Tanjung Sakti. Beberapa misionaris diutus ke Indonesia untuk melebarkan sayap Kerajaan Hati Kudus. 96 tahun bukanlah waktu yang singkat. Ada begitu banyak proses yang kita lalui untuk semakin mendewasakan diri dan gerak langkah sesuai dengan konteks zaman. Dalam permenungan saya (dan juga rasanya permenungan kita bersama), ada beberapa hal yang patut kita syukuri dan kita relfeksikan bersama.

Kita bersyukur atas karya Allah melalui para perintis, para missionaris awal, yang telah bekerja keras membuka jalan bagi pelayanan SCJ di Indonesia. Semangat dan jerih lelah mereka tidak boleh terlupakan. Pikiran dan kreativitas mereka harus senantiasa kita kembangkan secara baru di zaman sekarang. Usaha dan perjuangan mereka membawa hasil yang tidak kecil, yaitu membangun dan mengembangkan Gereja Sumatra bagian Selatan. Pastinya, apa yang menjadi refleksi Pater Dehon, juga menjadi relfeksi bagi misionaris SCJ awal, “Domini quod mi vis facere?” Roh yang sama mengarahkan dan menggerakkan para misionaris SCJ untuk membangun Gereja lokal.

Estafet misi itu sekarang kita terima. Kita berkewajiban untuk meneruskan dan mengembangkannya saat ini. Meneladani semangat Pater Dehon, kita juga berusaha untuk mengenal kehendak Allah dalam setiap gerak Provinsi kita. Kita juga senantiasa bertanya , “Domini quod mi vis facere?” Alhasil, beberapa gerakan dan pengembangan kita lakukan bersama. Kita patut bersyukur karena kita ikut ambil bagian dalam mengembangkan Gereja lokal. Bekerjasama dengan keuskupan-keuskupan lokal dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pelayanan kepada Allah, Gereja, dan umat Allah.  Selain itu, kita juga patut bersyukur karena beberapa konfrater diutus untuk menjalankan misi di beberapa tempat seperti, Philipina, USA, Madagaskar, Colombia, dan tempat lainnya. Semangat misi yang dulu dipraktekkan oleh para pendahulu, kita kembangkan dan kita bagikan kepada entitas-entitas atau provinsi-provinsi SCJ di luar Indonesia. Saya rasa gerak Roh ini tidak akan pernah berhenti. Pasti akan ada hal-hal baru lainnya yang akan menjadi “hadiah spesial”  bagi Provinsi.

Berangkat dari peringatan akan 96 tahun kehadiran SCJ di Indonesia ini, semoga kita semakin dimampukan untuk senantiasa menyatukan diri kita dengan gerakan Roh Allah yang menuntun kita di setiap langkah dan perutusan kita masing-masing. Berangkat dari pengalaman iman Pater Dehon, kiranya, kita juga boleh belajar untuk bertanya kepada Tuhan , “Domini quod mi vi facere?” Bertanya dan belajar menemukan kehendak Allah dalam hidup dan pelayanan kita. Sehingha, apa yang menjadi gerak kita berdasar dan sesuai dengan gerakan Roh yang ditemukan dalam permenungan bersama.

Berkat Tuhan. Salam sehat, salam semangat. VJPCM

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*