Sore itu cuaca cerah dan berawan. Sekelompok orang dengan pakaian batik terlihat sibuk menata meja-meja, meletakkan kertas dan alat tulis di atas meja, sementara yang lain membetulkan posisi 2 buah alat yang tampaknya adalah pengukur suhu tubuh. Sesekali mereka saling berbicara satu sama lain, sepertinya memastikan bahwa semua perlengkapan sudah ada. Tidak lama seorang pria datang dengan memegang beberapa kotak, bertuliskan masker medis 3 lapis. Saat itu jam menunjukkan pukul 16.00 WIB. Dalam situasi normal, apa yang diperbuat sekelompok orang tersebut akan terasa janggal, tetapi di masa pandemi seperti ini, yang mereka perbuat adalah sebuah keharusan. Sekolompok orang itu tidak lain adalah Panita Tahbisan Imam-Diakon SCJ. Mereka adalah umat Paroki Santo Petrus Kenten, Palembang, tempat diadakannya tahbisan Imam-Diakon SCJ, tepatnya 27 Januari 2021 yang lalu.
“Selamat datang, tolong QR Codenya, cek suhu tubuh, dan cuci tangan dulu ya”, begitu kalimat yang terus diulang panitia saat menyambut setiap tamu undangan dengan ramah. “Maaf, bisa tolong menggunakan masker ini saja (sambil menunjukkan kotak penuh masker medis). Begitulah suasana penyambutan tamu undangan di pintu depan. Tidak lagi ada jabat tangan, apalagi pelukan hangat dan cium pipi kanan dan kiri. Protokol kesehatan harus taati dan dijalankan dengan taat. Walaupun agak terkesan protokoler, tetapi semangat kekeluargaan dan kehangatan masih sangat terasa. Kiranya begitulah sepenggal cuplikan kesigapan tuan rumah dalam menyambut para tamu undangan tahbisan, memastikan bahwa keselamatan tamu undangan bisa terjaga dengan mematuhi protokol kesehatan yang ada.
Hiasan dan dekorasi yang ada di seputar altar memperlihatkan peristiwa besar yang akan berlangsung tidak lama lagi. Para kaum berjubah (para imam, suster, frater, bruder) terlihat menempati kursi yang sudah ditentukan. Begitu juga dengan tamu undangan lain, semuanya menempati kursi yang sudah ditentukan sebelumnya. Jika dilihat dari belakang, tampaklah barisan lurus dengan jarak kurang lebih 1 meter antar tamu undangan. Kurang lebih ada sekitar 200 orang yang akan menjadi saksi langsung peristiwa penuh rahmat tersebut.
Mereka yang akan ditahbisakan menjadi imam adalah Diakon Alexander Pambudi SCJ, Diakon Marius Ari Saputra SCJ, Diakon Benediktus Yogie Wandono SCJ, Diakon Pakalis Aditya Wardana SCJ, Diakon Hubertus Aditya Prabowo SCJ. Fr. Rafael Sudibyo SCJ, sendiri tapi paling besar tubuhnya akan ditahbiskan menjadi diakon. Perayaan Ekaristi tahbisan imam-diakon dipimpin oleh Yang Mulia Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Uskup Agung Keuskupan Agung Palembang, didampingi oleh Superior Provinsial SCJ, P. Titus Waris Widodo SCJ, dan Pastor Paroki Santo Petrus, P. Yohanes Harry Subekti SCJ. Dalam homilinya Mgr. Sudarso menampilkan beberapa tokoh Kitab Suci untuk menjelaskan tugas perutusan sebagai seorang imam: Nabi Yeremia dan Santo Petrus. Sepenggal kalimat dari homilinya yang baik untuk direnungkan adalah “Kasih Allah itu seperti jala, memang menangkap manusia tetapi maksudnya untuk membebaskan manusia. Menebarkan jala artinya menunjuk pada kedalaman, kedalaman hidup.” Dengan ringan dan lugas, Mgr. Sudarso juga menyampaikan keprihatinannya tentang ‘kedewasaan’ yang dialami oleh umat beriman dan juga untuk para tertahbis. Beliau mengarisbawahi adanya kencenderungan untuk terus menjadi ‘remaja’/’remaja abadi’, seakan tidak mau maju untuk menjadi dewasa, dan matang.
Peristiwa penuh rahmat itu juga disaksikan oleh umat beriman melalui channel Youtube Komisi Komunikasi Sosial, Keuskupan Agung Palembang. Tercatat yang turut menyaksikan melalui live streaming dalam rentang 800-1100 viewers. Tidak berlebihan jika dikatakan, tahbisan imam-diakon SCJ ini didukung oleh cukup banyak orang, yang dengan cara dan ungkapannya sendiri beperan dalam peristiwa yang penuh rahmat ini.
Dalam sambutan akhirnya, Superior Provinsial SCJ, P. Titus Waris Widodo SCJ, menyampaikan satu poin penting, bukan saja untuk para tertahbis tetapi juga untuk semua SCJ, bahkan juga untuk semua imam yang hadir; jadilah imam yang taat. Ketaatan menyelamatkan banyak orang, menghindarkan dari kejadian yang tidak diinginkan, dan tidak merugikan orang lain. Begitulah secara umum pesan Superior Provinsial SCJ. Di akhir sambutannya, Superior Provinsial menyampaikan tugas perutusan untuk kelima imam baru, dan juga untuk diakon Rafael Sudibyo.
Penyunting: Rm. Luis Antoni Wijaya SCJ
Leave a Reply