Tema 3: Keluarga, akar hidup dan tanah misi pertama.

Tujuan :

Siswa diharapkan:

  1. Siswa semakin memahami peran kedua orang tua terhadap perkembangan hidupnya.

  2. Siswa dapat menyebutkan pelajaran positif yang didapatkan dari kedua orang tuanya.

  3. Siswa dapat menyebutkan harapan-harapan yang baik terhadap kedua orangtuanya

  4. Siswa semakin menemukan kedekatan rohani dengan kedua rangtuanya

Gagasan dasar:

  1. Mengenal, menerima, dan mensyukuri akar hidupku

  2. Misi dimulai dari dan dalam keluarga

Pendalaman:

Dehon membuat catatan tentang keluarganya, terutama ayah dan ibunya. Catatan itu menampilkan kesan seorang anak yang cukup obyektif, sekaligus punya kedekatan afeksi dengan orang tuanya. Dehon cukup berani mengatakan “sisi gelap” ayahnya dalam hal iman, tanpa kehilangan keseimbangan dengan menampilkan keutamaan-keutamaan sang ayah. Kelak, Dehon juga berani berkonflik dengan ayahnya tentang pilihan hidup. Ditampilkan pula bahwa Dehon lebih dekat dengan ibunya. Sedangkan Henri, kakaknya, lebih dekat dengan ayah.

Rm. Yves Ledure SCJ, pernah menyampaikan analisa psikologis tentang Dehon dan menemukan krisis kepercayaan diri yang berkaitan dengan kebutuhan akan afirmasi. (Kebutuhan afirmasi adalah kebutuhan akan peneguhan / penegasan yang positif tentang diri) Hal ini disebabkan oleh pengalaman-pengalaman “ditolak” oleh ayahnya. Kesukaan Dehon dengan pertanda ilahi, ditambah krisis afirmasi ini, membuat Dehon sangat percaya akan penglihatan maupun wahyu-penampakan yang secara mistik dialami oleh orang-orang tertentu. Tetapi, ini tesis / pendapat yang sangat terbuka untuk diperdebatkan. Lepas dari krisis relasi itu, Dehon tidak pernah merasa jauh dari ayahnya dan ia memandang ayahnya sebagai pribadi yang berpengaruh besar dalam hidupnya, dalam hal intelektual dan sosial.

Di sisi lain, ia sangat dekat dengan ibunya, yang adalah segala-galanya untuk Dehon. Salah satu hal menarik dalam relasi Dehon dengan ibunya adalah bagaimana ibunya memperkenalkan dia dengan iman dan doa. Dehon tidak hanya diajari doa-doa, tetapi lebih dari itu ia mengalami kehangatan dan cinta ibunya dalam pembelajaran tentang doa itu. Ada pengalaman indah yang menjadikan doa momen yang sangat membahagiakan dan dalam bagi Dehon.  Di titik ini, kita bisa melihat pengalaman saat kita belajar berdoa. Adakah pengalaman afektif yang mendalam seperti itu? Atau tak lebih dari pembelajaran kognitif tentang menghafalkan doa?

Dehon itu perasa dan agak melankolis, tetapi ia juga dewasa dan logis. Tampaknya karakter kedua orangtuanya tertanam cukup seimbang dalam diri Dehon. Penolakan orangtuanya atas keinginan Dehon menjadi imam adalah contoh kedewasaan Dehon. Ia pernaha mengatakan merasa dikhianati, terutama oleh ibunya, tetapi ia tidak pernah kehilangan cinta dan hormat kepada mereka. Di sisi lain, ia juga tak pernah menanggalkan cita-citanya. Seakan Dehon tahu bahwa dirinya mempunyai misi yang harus ia mulai dalam keluarganya.

Misi untuk mengajak orang tuanya melihat dan mengalami kasih Allah yang besar, yang melampaui ikatan keluarga, dan bahwa cinta itu harus diwartakan kepada semua orang. Misinya paripurna ketika ayah-ibunya menerima pilihan hidupnya, bahkan ayahnya kembali ke Gereja dan kemudian sangat giat mendukung karya Dehon, baik sebagai imam diosesan maupun di awal berdirinya SCJ. Dehon memulai misi menjadi “nabi cinta kasih dan pelayan pendamaian” di dalam keluarganya.

Pertanyaan untuk ditulis dalam buku refleksi:

  1. Tuliskan pengenalanmu tentang Ibu dan Ayahmu? Kamu merasa dekat dengan siapa diantara mereka? Mengapa?

  2. Pelajaran positif apa yang bisa kamu dapatkan dari kedua orang tuamu?

  3. Apa harapanmu terhadap kedua orang tuamu?

  4. Buatlah doa untuk kedua orang tuamu

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*