Telah menghadap Bapa dengan tenang, konfrater kami yang terkasih Br. Yohanes Suprapto SCJ pada hari Selasa, 03 Desember 2019 pukul 12.55 wib di RS Charitas Palembang.
Riwayat Hidup Br. Yohanes Suprapto SCJ
Lahir : 15-03-1952 di Wukirsari Pakem Yogyakarta
Permandian : 05-09-1971 di Pakem, Yogyakarta Sakramen
penguatan : 27-10-1974 di Mataram, Tugumulyo MURA
Orang tua Ayah : Menik Martosupradja
Ibu : Sukirah
Postulan : 15-06-1980 s.d 19-07-1980 di Gisting
Novisiat : 19-07-1980 s.d 19-07-1981 di Gisting
Kaul pertama : 20-07-1981 di Gisting
Kaul kekal : 28-12-1986 di Yogyakarta
Tugas-tugas:
1979 s.d 1980 di Sukakarya sebagai Aspiran Bruder
15-06-1980 s.d 19-07-1981 di Gisting sebagai Postulan Bruder
19-07-1980 s.d 19-07-1981 di Gisting sebagai Novis Bruder
07-1981 s.d 07-1985 di Yogyakarta I Studi / kursus Tata Buku
07-1985 s.d 15-04-1994 di Palembang III sebagai Ekonom Seminari St. Paulus
15-04-1994 s.d 15-01-1999 di Jakarta I sebagai Pastoral, Rumah Tangga
15-01-1999 s.d 03-07-2001 di Gisting I sebagai Pastoral
03-07-2001 s.d 18-07-2009 di Teluk Betung sebagai Rumah Tangga
18-10-2009 s.d 01-09-2012 di Pangkalan Kerinci sebagai Pastoral Paroki
01-09-2012 s.d – di BGB sebagai Pimpinan Komunitas BGB
Suprapto, nama untuk seorang anak laki-laki yang lahir dalam sebuah keluarga yang sederhana di Desa Wukirsari, Pakem, Yogyakarta. Sederhana namun bersahaja dan terbuka, kiranya begitulah gambaran yang tepat untuk pasangan Menik Martosupradja dan Sukirah, orang tua dari Suprapto. Suprapto terlahir dalam Keluarga Islam yang taat, tetapi rupanya kisah hidupnya berbeda dengan kedua orang tuanya dan beberapa saudaranya yang lain. Pada umur 19 tahun, tepatnya pada tanggal 5 September 1971, Suprapto dibaptis di Pakem, Yogyakarta. Sejak saat itu namanya adalah Yohanes Rasul Suprapto. Perjalanan imannya sebagai murid Kristus mengalami peneguhan ketika ia pindah ke daerah Mataram, Tugumulya, MURA dan menerima Sakramen Penguatan di tempat yang sama, pada tanggal 27 Oktober 1974.
Allah rupanya memang merencanakan sesuatu yang indah dalam hidup Yohanes Rasul Suprapto. Menerima Sakramen Baptis dan Penguatan di masa remajanya menumbuhkan benih panggilan untuk menjadi seorang religius. 5 tahun sesudah menerima Sakramen Penguatan, Yohanes Rasul Suprapto mulai menggeluti cita-citanya untuk menjadi seorang religius. Tahun 1976, saat mengajar di SD Inpres Sukakarya, Suprapto muda merasa terpanggil untuk masuk biara. Tiga tahun berikutnya, mulai dari tahun 1979-1981, Yohanes Rasul Suprapto mengenal lebih dekat hidup menjadi seorang religious di dalam Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ). Yohanes Rasul Suprapto memilih untuk mempersembahkan dirinya sebagai seorang biarawan, bukan imam. Sejak awal masa panggilannya Yohanes Rasul Suprapto sudah meyakini bahwa dengan berada di dalam biara dia bisa mempersembahkan dirinya secara total kepada Tuhan dan kehidupan biara adalah cara hidup khusus yang dipilihnya untuk berbakti kepada Tuhan. Pada tanggal 20 Juli 1981, Br. Yohanes Rasul Suprapto, SCJ mengikrarkan kaul pertamanya di Novisiat St. Yohanes Gisting. Lima tahun sesudahnya, komitmennya sebagai biarawan SCJ dipertegas dengan mengucapkan profesi kekal di Yogyakarta, tepatnya pada tanggal 28 Desember 1986.
Br. Yohanes, SCJ adalah orang yang sederhana, siap sedia dengan tugas perutusan yang dipercayakan kepadanya. Berbagai karya dan pelayanan dijalankan oleh Br. Yohanes dengan ceria, setia dan penuh tanggung jawab. Tugas pertama bruder adalah sebagai ekonom di Seminari Menengah Santo Paulus, Palembang. Para konfrater, saudara-saudari yang ada pada masa itu memberi banyak kesaksian betapa Br. Yohanes menjalankan tugas dan pelayanannya dengan kesungguhan hati.
Ceria dan suka bercerita, dua kata itu mungkin bisa mewakili bagaimana bruder hadir bersama konfraternya dan orang lain. Para novis angkatan 1999 -2004 tentu punya memori sendiri dengan Br Yohanes yang pada waktu itu mengajar Agama Katolik untuk para novis. Tiap pertemuan diisi dengan lagu-lagu rohani yang gembira dan bermakna. Suasana cair dan hangat yang juga disertai dengan lelucon-lelucon lucu tapi bermakna. Br. Yohanes adalah pribadi yang bisa dekat dengan semua orang.
Saat berkarya di Rumah SCJ Teluk Betung, Br. Yohanes terlibat aktif dalam berbagai pelayanan pastoral di Keuskupan Tanjung Karang. Salah satu pelayanan beliau adalah mengumpulkan orang tua dari para seminaris, para frater, para suster, para bruder, dan para romo yang ada di Keuskupan Tanjung Karang. Bruder Yohanes mengadakan pertemuan rutin untuk “para orang tua terpanggil” ini. Dengan setianya bruder tiada henti mengajak para orang tua terpanggil untuk terus mendukung perjalanan panggilan anak-anak mereka, baik dengan doa maupun dengan dukungan nyata. Bruder Yohanes sungguh punya hati untuk memperhatikan dan mendukung kehidupan religius dan imam.
Sejak akhir tahun 2009 sampai dengan akhir tahun 2012, Br. Yohanes dipercaya sebagai Tim Pastoral Paroki Pangkalan Kerinci-Riau, Keuskupan Padang. Perjumpaan dengan umat yang dilayaninya tentu saja memberi kesan yang mendalam.
Mulai akhir tahun 2017, Br. Yohanes mulai mengalami kendala dengan kesehatannya. Br. Yohanes beberapa kali mendapatkan perawatan medis intensif untuk penyakit yang dideritanya. Sudah tidak terhitung berapa kali bruder harus keluar masuk rumah sakit untuk memulihkan kesehatannya. Bahkan selama tahun 2018, Br. Yohanes mendapatkan perawatan medis yang cukup intensif di salah satu rumah sakit di Jakarta. Setelah kondisinya lumayan membaik, bruder sempat berlibur selama seminggu bersama keluarganya di Yogyakarta. Pada tanggal 7 Januari 2019, Br. Yohanes pindah ke Palembang, dan tinggal di Rumah Jompo Km. 7.
Sejak awal tahun 2019 sampai dengan berpulangnya. Br. Yohanes mengalami begitu banyak ungkapan kasih yang diberikan oleh para konfraternya, para suster, terutama para suster Charitas, saudara-saudari yang tiada bosan dan jemunya mengunjungi dan mendoakan bruder ketika berada di rumah sakit ataupun di Panti Jompo. Peristiwa yang menyedihkan tetapi dalam iman kita boleh meyakini, Br Yohanes sudah mempersiapkan segalanya. Sebelum menghadap Allah Bapa pada tanggal 3 Desember 2019, Pk. 12.55 wib di RS. Charitas, Palembang, menurut kesaksian seorang konfrater yang menemaninya, Br Yohanes meminta pelayanan Sakramen Tobat, berpuasa, dll. Bruder Yohanes tampaknya sudah mempersiapkan dirinya dengan baik. Sebagai biarawan, puluhan tahun yang lalu, dia mempersiapkan diri untuk memasuki hidup religius. Kini, di penghujung nafasnya dia mempersiapkan diri lagi untuk masuk ke dalam kehidupan kekal. Selamat jalan Br. Yohanes!!
Foto-foto hari I jenazah Br. Yohanes di semayamkan di Kapel Emanuel Panti Werda km 7 Palembang bisa di lihat di sini
Leave a Reply