Penerimaan Postulan dan Novis SCJ tahun 2021
Panggilan adalah suatu anugerah dari Tuhan untuk menyucikan umat-Nya. Semua orang pasti merasakan adanya suatu panggilan dan panggilan itu terwujud dengan penyerahan diri kepada Tuhan dalam suatu tugas tertentu. Panggilan yang diberikan kepada semua orang adalah panggilan kepada kekudusan. Menjalani panggilan kepada kekudusan terwujud secara khusus dalam panggilan imamat dan panggilan ini adalah suatu rahmat yang istimewa yang diberikan kepada orang tertentu.
Kamis (1/7) lalu, konggregasi SCJ merasakan sukacita yang begitu besar karena kehadiran 23 orang muda yang berani menjawab panggilan menjadi Imam-Imam Dehonian. Imam berarti orang yang mempersembahkan diri dengan demikian para dehonian anggotanya adalah bruder dan Romo dan mereka disebut imam karena mereka telah mempersembahkan diri bagi Hati Yesus dan bagi sesama.
Sukacita itu terlukis ketika mereka akhirnya mereka meneguhkan diri dengan melanjutkan proses formasi menjadi seorang biarawan dehonian. Murid-murid baru Pater Dehon yakni 12 Postulan dan 11 Novis ini merasa bersukacita karena boleh diterima di konggregasi SCJ. Setelah melalu masa-masa hening yaitu para postulan dengan triduum dan para novis dengan menjalani retret seminggu yang didampingi oleh Rm. Antonius Efendi, SCJ, akhirnya mereka boleh secara resmi bergabung dengan SCJ.
Tema yang diangkat dalam perayaan penerimaan ini adalah “Mari Ikutlah Aku” (Mrk 1:17) dan tinggallah bersama Aku (bdk. Yoh 1:39). Tema yang selalu digunakan setiap kali acara penerimaan ini dimaksudkan untuk melihat orientasi masing-masing tahap formasi. Masa Postulat adalah masa dimana para postulan dan konggregasi akan saling mengenal dan diharapkan para postulan nantinya dapat memahami secara menyeluruh cara hidup dan semangat konggregasi serta tak lupa untuk semakin memperdalam motivasi menjadi imam. Sedangkan masa Novisiat adalah masa pengolahan batin, yang lebih dikhususkan untuk mendalami kehidupan bersama Allah.
Para novis dan postulan yang diterima ini berasal dari berbagai daerah mulai dari sumatra hingga Papua. Keberagaman ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi mereka terkhusus saat berdinamika bersama ditempat formasi ini. Ada saat-saat yang menyenangkan tetapi ada juga pengalaman ‘kelumpuhan’. “Kelumpuhan yang dialami sebelumnya menjadi sembuh karena berkat Allah yang terwujud dalam bentuk panggilan ini. Berkat Tuhan memampukan kita untuk mengatasi segala kelemahan.” tukas Romo Santo dalam kotbahnya yang dihadiri oleh lima konfrater SCJ. Panggilan ini semata-mata adalah milik Allah; kita sebagai penerimanya diberi tugas untuk mengembangkannya dan membuatnya semakin subur. Ketika ada panggilan, sekecil apapun itu, harus dikembanggkan dengan berbagai cara; kalau tidak akan hilang begitu saja tergantikan dengan hal-hal yang profan.
Masa Postulat dan Novisiat yang berlangsung selama satu tahun akan menjadi saat berahmat bagi ke-23 remaja tangguh ini. “masukilah masa postulat dan novisiat dengan semangat iman bahwa Tuhan yang memanggil kita sungguh-sungguh dapat diandalkan kesabaran dan pertolongan-Nya” sambung Romo Santo dalam kotbahnya. Semangat iman dapat mengalahkan kelemahan manusiawi dan dengan demikian membuat panggilan semakin mantap. Tentunya dengan iman yang kuat, panggilan akan dihidupi dengan sukacita.
Dinamika hidup panggilan itu seperti roda yang berputar. Maka ketika roda berada dibawah, harus melihat pengalaman pahit itu sebagai suatu sapaan kasih dari Allah. “Sukacita dalam menjalani panggilan itu sederhana yaitu dengan menjadi sederhana. Memperdalam hidup doa dan hidup berkomunitas menjadi fokus saya kedepannya supaya ketika menjadi imam kelak saya bisa senantiasa setia pada panggilan.” ujar Fr. Frendy, frater asal Gisting, yang menjadi novis pada tahun ini. Menjadi seorang imam itu tidak mudah. Banyak hal yang harus diperhatikan, bukan saja kehidupan pastoral tetapi kehidupan pribadipun yang harus senantiasa dipupuk supaya apa yang diwartakan semakin mengakar di hati umat.
Perayaan syukur Ekaristi yang juga disiarkan secara online ini dilanjutkan dengan perayaan syukur komunitas dengan mengadakan pesta kebun dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Dari pesta itu tersampir banyak cerita dari para romo yang sedang berkarya dan juga dari umat yang hadir. Harapan akan hadirnya seorang gembala akan senantiasa hadir di hati umat, karena dari para gembala inilah Tuhan menyalurkan berkatnya.
Fr. Paolo Rigo
Leave a Reply