Tema 6 : Panggilan Hidup

Tujuan:

  1. Siswa bisa menjelaskan apa yang dimaksud dengan cita-cita dan panggilan.

  2. Siswa bisa menyebutkan cita-cita hidupnya atau penggilan hidupnya.

  3. Siswa bisa menjelaskan tujuannya untuk meraih cita-cita hidup atau panggilan hidupnya?

  4. Siswa bisa menjelaskan usaha untuk meraih cita-cita hidup atau panggilan hidupnya?

Pendalaman:

Sejak 1855, ketika usianya baru 12 tahun, Dehon merasa dipanggil Tuhan menjadi imam. Namun panggilan ini terbentur penolakan dari kedua orangtuanya. Bukan hanya ayah, tetapi juga ibu. Tampaknya (dari catatan pribadi Dehon) ibunya tidak ingin kehilangan Dehon. Sementara ayahnya berharap ia memilih studi dan karir politis. Penolakan dari ibunya yang paling menyakitkan dan berat bagi Dehon, karena sejak kecil Dehon merasa ibunya sangat religius dan mengajarinya untuk hidup saleh sehingga Dehon yakin ibu pasti akan mendukung keinginannya menjadi imam, ternyata tidak. Meski ditolak, tetapi panggilan tetap diperjuangkan meski harus melalui jalan memutar.

Dehon harus mengikuti keinginan ayahnya supaya ia sekolah hukum. Ketika selesai studi dan rupanya Dehon masih ingin menjadi imam, ayahnya memberinya hadiah jalan-jalan keliling dunia. Ayahnya berharap Dehon melupakan panggilan imamat (menjadi imam). Setalah jalan-jalan keliling dunia, Dehon justru semakin mantap untuk menjadi imam dan memutuskan untuk menetap di Roma. Ia masuk seminari Perancis di Roma (Seminari St. Klara), meski hatinya hancur karena orang tuanya masih saja tidak setuju.

Dengan jelas terlihat dari kisah panggilan Pater Dehon keteguhan hati dan kobaran semangat untuk memperjuangkan panggilan. Dehon sudah ditangkap oleh Allah. Ia tidak bisa dan tidak mau mengelak dari panggilan Allah. Model kisah panggilan Dehon boleh dikatakan model panggilan “normal”, dalam arti sejak kecil ia sudah menemukan dan yakin akan panggilannya, meski perjuangannya cukup berat.

Setiap orang punya kisah dan model panggilan yang khas. Ada yang hingga dewasa belum menyadari panggilannya, ada yang terus bergulat untuk mempertimbangkan dan memilih, ada yang sudah menemukan tetapi tidak mendapat kesempatan, ada yang dipanggil dan punya kesempatan tetapi mengabaikan atau malah meninggalkan, ada yang salah keyakinan (merasa dipanggil pada satu pilihan tetapi ternyata salah), dan lain sebagainya.

Kisah Dehon mengajak kita untuk, setidaknya, berfokus pada dua hal: menemukan dan memilih panggilan hidup (yang mengandaikan keterbukaan pada tuntunan Allah) dan kesetiaan berjuang menekuni panggilan hidup. Seperti apapun pergulatan tiap pribadi, dua hal itu mutlak harus terjadi. Bila tidak, orang hanya akan terombang-ambing dalam kegelisahan dan ketidakpastian.

Panggilan hidup bukan tentang apa yang paling mewah, sempurna, dan nyaman buat saya, tetapi apa yang sesuai dengan gerakan batin dan dapat memperkaya saya dengan segala hal yang akan terjadi di dalam perjalanan. Dalam perjalanan menekuni panggilan tetap akan terus ada pertanyaan. Pater Dehon sendiri setelah di seminari berjumpa dengan pertanyaan akan jadi imam apa, projo atau biarawan. Pergulatan panggilan akhirnya mengantarnya pada pilihan untuk mendirikan kongregasi. Untuk sampai ke sana, Pater Dehon selalu berdialog dengan Allah, melibatkan Allah dalam perjalanannya, dengan satu pertanyaan kunci: Domine quid me vis facere? (=”Tuhan apa yang Engkau kehendaku untuk aku perbuat?”)

Refleksi:

  1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan cita-cita hidup dan panggilan? Di mana letak perbdaannya?

  2. Apa cita-cita hidupmu atau panggilan hidupmu?

  3. Apa tujuanmu untuk meraih cita-cita hidup atau panggilan hidupmu?

  4. Bagaimana usahamu yang kongkrit nyata untuk meraihnya?

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*