Perayaan Syukur 50 th SCJ Berkarya di Paroki St. Antonius Padua Bidaracina – KAJ

Bapa Uskup Keuskupan Agung Jakatya, Mgr. Ignasius Kardnal Suharyo

Dalam kotbahnya, Bapak Uskup, Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, bahwa pada Hari Raya Penampakan Tuhan kita beryukur atas karya pelayanan para Imam dan Bruder SCJ selama 50 tahun di paroki ini, pelayanan itu berlangsung sampai sekarang dan akan terus berlangsung dimasa yang akan datang, oleh karena itu kita berterima kasih kepada Kongregasi SCJ melalui Provinsial SCJ yang selalu menjamin bahwa ada imam atau biarawan lain untuk diutus melayani di paroki ini. Dengan harapan umat di paroki ini semakin menampakkan kemuliaan Tuhan, oleh karena itu perayaan syukur ini tepat sekali dirayakan bertepatan dengan Hari Raya Penampakan Tuhan.

Bapa Uskup juga mengisahkan seorang santa Teresia Benedikta dari salib (Edith Stein). Edith Stein lahir dari keluarga yang sangat saleh namun ketika masih muda (14 th) memutuskan untuk berhenti berdoa, sampai pada suatu hari ini bertemu dengan seorang sahabatnya yang baru saja kehilangan suaminya, namun sahabatnya itu begitu tabah. Itulah yang mengubah Edith Stain yang melihat ketabahan ilahi dari sahabatnya. Kemudian Edith Stain memutuskan memeluk agama katolik dan kemudian menjadi seorang biarawati Ordo Karmel tak berkasut (OCD). Namun kerena dia adalah orang yahudi pada tahun 1942 pada saat perang dunia II, dia ditangkap di Belanda oleh Nazi Jerman dan di masukkan di kamp konsentrasi di Jerman dan meninggal sebagai Martir. Pada tahun 1987 Edit Stain yang nama biaranya adalah Sr. Teresa Benedikta dari Salib OCD ini dibeatatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II dan pada tahun 1998 dikanonisasikan oleh Paus yang sama.

Pribadi ini mengingatkan Bapak Kardinal bahwa St. Teresia Benedikta dari Salib ini mengalami penampakan Tuhan tidak dalam peristiwa yang aneh-aneh, tetapi saat berjumpa dengan sahabatnya yang mengalami ketabahan ilahi yang mengubah hidupnya. Dalam Injil yang kita dengar hari ini, para majus mengalami penampakan Tuhan dalam berbagai macam isyarat, seperti bintang yang menuntun orang majus menemukan Yesus, atau melalui “Mimpi” yang mengarahkan mereka pulang melalui jalan lain. “Bintang” dan “mimpi” harus kita pahami sebagai kemampuan batin untuk menangkap kehadiran Tuhan dalam peristiwa dan pengalaman hidup kita sehari-hari, dengan demikian kita diajak untuk mempertajam kemampuan batin kita – mata iman kita – untuk terus mengalami penampakan kemuliaan Tuhan dalam peristiwa dan pengalaman hidup kita setiap hari.

Bapak Kardinal juga mengungkapkan bahwa tahun ini 2023, sesuai dengan dinamika pastoral di Keuskupan Agung Jakarta mendalami ‘Ajaran Sosial Gereja’. Tahun sebelumnya KAJ sudah mencoba mendalami dan mewujudkan ajaran sosial Gereja yang pertama, “menghormati martabat manusia. Semua orang siapapun dia mempunyai hak untuk hidup dalam damai sejahtera. Ketika kita semua sungguh-sungguh mengusahakan kebaikan bersama sebetulnya kita sedang berusaha menampakkan kemuliaan Allah, karena Allah mencintai semua orang. Dan ketika semua orang sungguh-sungguh hidup dalam damai sejahtera itulah cermin kemuliaan Tuhan.

Bapa Kardinal mengharapkan agar umat sungguh-sungguh berusaha, berpartisipasi untuk ikut membangun kebaikan bersama. Memang secara moral kebaikan bersama itu tanggung jawab pemerintah, namun kita sebagai warga negara dengan inspirasi iman katolik untuk mengikuti Yesus dengan tekun dan setia, kita didorong untuk ikut membangun kebaikan bersamaa itu. Sehingga kita semakin mampu menampakan kemuliaan Tuhan.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*