Deskripsi perjalanannya kurang lebih demikian: Pintu rimba ke Pos 1 hanya ditmpuh selama 5 menit karena tidaklah terlalu jauh. Pos 1 ke Pos 2 dan Pos 2 ke Pos 3 juga tidaklah terasa terlalu berat karena jaraknya yang hanya sekitar 15 dan 28 menit saja. Di Pos 3 inilah sumber air terdapat lagi. Dengan air yang dingin seperti dimasukkan ke lemari pendingin memberi kesegaran untuk melanjutkan perjalanan. Di Pos 3 ke Pos 4 dan seterusnya mulai banyak tantangan fisik maupun mental yang harus kami hadapi. Pergulatan ingin menyerah maupun keinginan menyelesaikan dengan cepat juga mewarnai langkah kami yang kian lama terasa berat karena medan yang cukup menantang sekaligus menyenangkan. Waktu perjalanan yang cukup lama dan track yang terjal kerapkali mengusik mental kami. Istiarahat dan mengobrol sejenak menjadi alternatif yang baik untuk mengatasi krisis ini. Kebersamaan yang kami alami menumbuhkan semangat tersendiri bagi kami untuk terus melangkah pantang menyerah.
Kami menyadari kekuatan fisik dan psikologis masih kurang dalam menyokong pendakian kami, maka kekuatan spiritual kami timba agar menggenapi kekuatan kami untuk sampai ke Pos selanjutnya hingga puncak. Doa spontan pribadi maupun devosi Rosario, Koronka, dan lain sebagainya menjadi cara yang efektif dilakukan ditengah krisis itu. Menyadari kasih Allah yang menyertai dan mendampingi langkah kami lewat orang-orang maupun hal-hal di sekitar kami memberi kekuatan lengkap untuk melangkah dengan semangat. Kami menyadarinya selalu terutama ketika terpeleset dan jatuh berulang kali, kami kuat untuk bangkit lagi; ketika lapar dan haus, kami berbagi makanan dan minuman satu sama lain; dan ketika terasa hampa, ada Tuhan yang hadir melaui teman dan sahabat di sekitar kami. Kami merasa selalu dekat dengan Tuhan melaui itu semua.
Leave a Reply